Anggota DPR RI HBK Tuntut APH Tindak Mafia TPPO di Balik Pemberangkatan Ilegal PMI NTB ke Libya

HBK mendesak para pelaku TPPO harus ditindak agar warga NTB yang menjadi PMI tidak terus menjadi korban

ISTIMEWA
Anggota DPR RI H Bambang Kristiono (HBK) bersama Gubernur NTB Zulkieflimansyah (kiri)memberi keterangan pers usai seremoni pemulangan 2 PMI dari Libya diduga korban TPPO, Senin (3/7/2023). Para pelaku TPPO harus ditindak agar warga NTB yang menjadi PMI tidak terus menjadi korban. 

Pihak keluarga mengungkap bahwa masih banyak PMI dari NTB yang tidak jelas nasibnya di luar negeri dan berharap bantuan pemulangan.

"Mari sama-sama kita cari tahu, kita cari informasi, dengan semua akses yang kita miliki seperti media sosial dan lainnya, bagaimana kondisi mereka sekarang. Mudah-mudahan semuanya baik-baik saja, tapi kalau mereka mendapatkan masalah dan mengalami penderitaan, wajib kita bantu dan kita selamatkan. Tidak boleh ada pembiaran," papar HBK.

HBK menjelaskan bahwa kerja-kerja pemberantasan TPPO harus ada sinergitas dari semua pihak.

Masih banyak diantara mereka, yang saat ini, mungkin sedang mengalami tragedi kemanusiaan.

"Penyelesaian tindak TPPO adalah pekerjaan besar, yang tidak mungkin terselesaikan oleh pekerjaan orang perorang. Semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat NTB, harus melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam penyelesaian TPPO ini.

Gubernur NTB Zulkieflimansyah menugaskan Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) NTB untuk melakukan tindakan tegas.

"Ini yang harus disosialisasikan, agar jangan sampai setelah ada masalah, baru mengaku dari NTB. Padahal mereka berangkatnya dari luar NTB," tegas Bang Zul, sapaan karibnya.

Baca juga: Kisah PMI NTB Disiksa Majikan di Libya: Dijanjikan ke Turki, Diberangkatkan Pakai Paspor Orang Lain

Bang Zul mendukung penuh kedua korban untuk melaporkan hal tersebut ke APH.

Salah satu korban, Yuliana menceritakan bahwa dirinya direkrut calo dari Kecamatan Lape, Kabupaten Sumbawa.

Ia dijanjikan bekerja ke Turki, tapi malah dikirim ke Libya.

"Paspor saya atas nama orang lain, makanya nama saya pun disebutnya Anisa, padahal di KTP nama saya adalah JL. Saya baru dikasih paspor pada saat tiba di Bandara. Karena paspor selama itu dipegang calo," tuturnya.

Video curhat rekan Yuliana, Sri Muliemi viral di media sosial tentang kekerasan fisik selama bekerja di Libya.

Muliemi bercerita dirinya dicambuk pakai selang, dan kepalanya dihantam.

Meski meminta dipulangkan ke kantor agensinya, tapi Muliemi dihalangi majikannya.

Pihak agensi pun tidak merespons permintannya.

Halaman
123
Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved