Dinas Kesehatan Lombok Timur
Profil Rahmatul Jamil, Nakes Pencetus Program Garasi di Puskesmas Wanasaba Lombok Timur
Puskesmas Wanasaba saat ini sudah mempunyai program andalan yang dinamai Gerakan Sadar ASI (Garasi).
Penulis: Ahmad Wawan Sugandika | Editor: Dion DB Putra
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Puskesmas Wanasaba, Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat ( NTB) terus berikhtiar menangani persoalan gizi buruk yang masih tinggi di wilayah tersebut.
Puskesmas Wanasaba saat ini sudah mempunyai program andalan yang dinamai Gerakan Sadar ASI (Garasi).
Terselenggaranya program Garasi di Puskesmas itu merupakan inovasi dari Rahmatul Jamil, tenaga kesehatan atau nakes yang berjuang puluhan tahun menangani izi buruk di Lombok Timur.
Pahit manis sudah dirasakan pria yang akrab disapa Rahmat itu melayani masyarakat dalam pengabdiannya di Puskesmas Wanasaba.
Kepada TribunLombok.com, Ramhmat menceritakan suka dukanya menangani kasus gizi buruk pada anak.
Mulai dari penolakan dari orang tua hingga ia pernah menjaminkan diri di rumah sakit agar anak cepat ditangani.
Rahmat pertama kali menjadi nakes sebagai tenaga honorer di Puskesmas Rensing dari tahun 2001 - 2002.
Kemudian dia dipindahkan ke Puskesmas Wanasaba sejak tahun 2003 hingga sekarang dan sudah diangkat menjadi PNS pada tahun 2014.
Saat ini dia memegang jabatan sebagai Koordinator PJ Pengembangan. Dari berbagai masalah yang dihadapi di lapangan, Rahmat menilai penyakit gizi buruk pada anak bukan tidak bisa diatasi.
Kendalanya, kata dia, masih banyak orang tua anak tidak mau membawa anaknya ke Puskesmas karena malu anaknya menderita gizi buruk.
Rahmat ditemani oleh tim kerjanya dengan sabar dan telaten memberi pemahaman kepada orang tua agar mau membawa anak mereka ke Puskesmas.
Dia pun mengusulkan program Garasi guna menekan tingginya kasus stunting dan gizi buruk di wilayah kerja Puskesmas Wanasaba.
"Bukannya pemerintah daerah (Pemda) melalui Dinas Kesehatan dan puskesmas berpangku tangan tidak mau mengatasi masalah ini, namun kondisi di masyarakat dengan pemahaman yang kurang hingga membuat program pemerintah mandek di tengah jalan," katanya.
Seperti yang terjadi di wilayah kerja Puskesmas Wanasaba, kasus stunting hingga gizi buruk masih tinggi.
Kendala petugas lapangan dibenturkan dengan adanya penolakan masyarakat karena masih adanya mitos kepercayaan. Masih ada warga tidak percaya pengobatan dokter dan lebih percaya metode pengobatan tradisional.
Rahmat selaku ketua tim bersama rekannya melakukan idetifikasi masalah lalu melakukan komunikasi intensif dengan stekholder di desa mulai dari aparatur desa, tokoh agama, hingga tokoh masyarakat.
Nasib anak kembar
Rahmat menceritarakan satu dari sekian kasus gizi buruk yang ditanganinya.
Ada kasus gizi buruk menimpa anak kembar umur 11 bulan yang ditinggal merantau oleh orang tua.
Seorang anak kembar itu ikut merantau ke kalimantan dan yang satu ditinggalkan bersama neneknya yang sudah tua.
Melihat kondisi anak yang sangat memprihatinkan itu, pihak desa hingga kecamatan turun tangan bahkan berniat melaporkan orang tua bayi itu ke aparat kepolisian hingga komnas HAM dengan tuntutan menelantarkan anak.
Sebab anak tersebut belum masuk di kartu keluarga orang tuanya.
Rahmat lakukan hal berbeda. Dia mencari solusi agar anak ini bisa mendapatkan perawatan yang layak.
Seiring dengan berjalannya waktu Rahmat bekerjamasama dengan desa, dan kecamatan memasukkan anak tersebut ke kelurga neneknya dan anak tersebut dibawa ke rumah sakit.
Anak ini dirawat intesif di Rumah Sakit Umum (RSUD) Soedjono Selong beberapa minggu.
Setelah keluar dari dari RSUD, Rahmat tetap memantau perkembangan anak tersebut.
Di luar jam kerja dirinya mendatangi rumah nenek si kembar. Dengan tekun dan rutin memberikan vitamin dan makanan tambahan hingga anak itu perlahan membaik dan bertumbuh kembang.
Dikatakan Rahmat, anak tersebut sekarang sudah masuk Sekolah Dasar (SD). Jika bertemu anak tersebut selalu mengejarnya untuk salam dan memeluknya.
"Ada perasaan puas dan haru bila ketemu anak itu sampai sekarang, karena anak itu dari keluarga tidak mampu terus ditinggal orang tua dengan kondisi memprihatinkan," ujarnya dengan mata berkaca-kaca.
Pada bulan Maret 2023, kembali Rahmat dihadapkan dengan kasus yang sama. Anak gizi buruk dari keluarga tidak mampu dan broken home (orang tua anak cerai).
Ia mendapat n laporan dari petugas kesehatan di desa tengah malam sekira pukul 23.00 bahwa anak tersebut harus bawa segera ke rumah sakit.
Malam itu anak itu dirawat sementara di Puskesmas Wanasaba. Keesokan hari, anak umur 5 tahun tersebut dibawa ke RSUD Soedjono Selong didampingi oleh Rahmat sendiri.
Sampai di RSUD masalah belum selesai karena ternyata keluarga anak tersebut tidak ada. Dengan penuh keyakinan Rahmat jadikan dirinya sebagai jaminan di RSUD Selong agar anak tersebut bisa secepatnya mendapatkan perawatan.
Hingga sekarang anak tersebut selalu dipantau perkembangannya oleh Rahmat. Saat ini kondisi anak tersebut sudah mulai membaik dan ada peningkatan berat badan.
Hingga saat ini, kata Rahmat, Puskesmas Wanasaba menangani 14 kasus anak dengan gizi buruk. Dari 14 anak itu, meninggal 2 orang karena komplikasi, yang dinyatakan sembuh 2 orang. Sisanya 10 orang masih proses penanganan dan terus dipantau perkembanganya.
"Kabar baiknya dari 10 orang anak itu ada 3 orang anak yang terus menunjukkan perkembangan positif, turun level dari gizi buruk menuju perbaikan gizi. Tujun anak proses penyembuhannya lambat karena adanya penyakit penyerta seperti penyakit jantung bawan," teragnnya.
Rahmat percaya satu hal dalam menjalankan kewajibannya itu walau harus bekerja di luar jam tugas.
Ia selalu mengatakan "saya percaya Allah Maha Kaya" karena rata-rata anak yang gizi buruk yang ditemuinya itu dari masyarakat kurang mampu.
"Anak merupakan titipan Tuhan pada kita semua dan akan menjadi penerus kita di kemudian hari. Oleh karena itu harus benar-benar dipelihara dan dijaga titipan dari Yang Maha Kuasa itu dengan memperhatikan kesehatan, asupan gizi, kasih sayang karena mereka merupakan penerus di masa depan," ujarnya.
Di tempat terpisah, KTU Puskesmas Wanasaba Maskur, AMKL.ST mengatakan Rahmatul Jamil, S.Tr bekerja loyal dan berdedikasi tinggi.
"Orangnya supel, mudah bergaul dengan semua orang dan sangat sederhana, bersahaja tanpa dibuat. Saya kenal dia sejak masih baru masuk di Puskesmas ini. Ia sosok yang supel dan ramah pada semua orang," ungkapnya.
Hal senada dikatakan Kepala Puskesmas Wanasaba Budiman, S.KM. Menurut dia, Rahmatul Jamil disiplin dan penuh tanggung jawab terhadap tugasnya. Dia pun bekerja sepenuh hati. (*)
TBC di Lombok Timur Tahun 2023 Tembus 1.682 Kasus, Dinkes Tambah Fasilitas di Puskesmas |
![]() |
---|
PKBI NTB: Eliminasi TBC di Lombok Timur Perlu Komitmen dan Aksi Nyata Bersama |
![]() |
---|
Dinkes Lombok Timur Terapkan Integrasi Layanan Kesehatan Primer di 35 Puskesmas Mulai Januari 2024 |
![]() |
---|
Dinkes Lombok Timur Pastikan Stok Obat di Puskesmas Tercukupi hingga Akhir Tahun 2023 |
![]() |
---|
Dinas Kesehatan Lombok Timur Ajukan 255 Formasi PPPK, Terbanyak Formasi Khusus |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.