Pilpres 2024

Megawati Enggan Didikte Soal Koalisi Besar, Punya Jagoan Sendiri untuk Pilpres 2024

Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dinilai enggan didikte oleh partai-partai politik yang mewacanakan pembentukan koalisi besar.

|
Editor: Dion DB Putra
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memberikan pidato politik pada perayaan HUT ke-50 PDI Perjuangan di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Selasa (10/1/2023). 

TRIBUNLOMBOK.COM, JAKARTA - Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dinilai enggan didikte oleh partai-partai politik yang mewacanakan pembentukan koalisi besar.

Oleh karenanya, PDIP memilih tak hadir dalam acara pertemuan lima ketua umum partai politik bersama Presiden Jokowi, Minggu (2/4/2023), yang disebut-sebut membahas rencana penggabungan koalisi Kebangkitan Indonesia Raya (KIR) dan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).

Baca juga: Pengamat: Koalisi Besar Akan Terus Membayangi PDIP yang Belum Menentukan Sikap

Koalisi KIR digagas oleh Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sementara, KIB dibentuk Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

"PDIP tampaknya tidak ingin mudah diperdaya oleh agenda kepentingan koalisi besar tersebut," kata Direktur Eksekutif Institute for Democracy and Strategic Affairs (Indostrategic) Ahmad Khoirul Umam, Jumat (7/4/2023).

Umam menduga, wacana koalisi besar ini merupakan strategi KIR dan KIB untuk "mengepung" PDIP agar mau bergabung bersama mereka membentuk koalisi baru. Namun demikian, koalisi besar punya agenda tersendiri untuk mengusung Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto sebagai calon presiden (Capres).

Upaya tersebut tampaknya didukung oleh Presiden Joko Widodo yang belakangan semakin sering melempar sinyal dukungan ke Ketum Gerindra Prabowo Subianto.

Oleh koalisi besar, PDIP diharapkan bersedia menempatkan kadernya di kursi calon wakil presiden (Cawapres). Namun demikian, menurut Umam, baik KIR maupun KIB sadar bahwa keinginan itu sulit diterima PDIP.

Oleh karenanya, mereka mewacanakan pembentukan koalisi besar dengan maksud mempersempit langkah partai banteng, sehingga tak ada pilihan selain PDIP bergabung.

"PDIP tampaknya mencium aroma dimana dirinya atau partainya sedang dibujuk atau bahkan didikte untuk menyerahkan tiketnya kepada pencapresan Prabowo yang hendak diusung oleh mesin koalisi besar," ujar Umam.

Namun, sebagai partai pemenang Pemilu dua kali berturut-turut yang elektabilitasnya paling besar, PDIP diyakini enggan jika kadernya hanya ditempatkan di kursi calon RI-2. Mungkin saja PDIP bersedia bekerja sama dengan KIR dan KIB, namun, Umam yakin, partai berjargon wong cilik itu bakal mensyaratkan kursi Capres menjadi milik mereka.

"PDIP membatasi ruang negosiasinya dengan menegaskan bahwa dirinya siap bergabung asal posisi capres diserahkan kepada PDIP," kata Umam.

Umam pun menilai, langkah ini mencerminkan keteguhan sikap PDIP yang tidak mudah tergiur bergabung bersama partai-partai yang hendak mendompleng kekuatan mesin politiknya. "Lagi pula, PDIP juga punya jagoan sendiri yang tetap punya kans untuk memenangkan Pilpres," tutur dosen Universitas Paramadina itu.

Sebagaimana diketahui, para ketua umum partai politik pendukung pemerintah bertemu dengan Presiden Jokowi dalam acara "Silaturahmi Ramadhan bersama Presiden RI" yang digelar di Kantor DPP PAN, Jakarta Selatan, Minggu (2/4/2023).

Dalam acara yang diinisiasi oleh PAN itu, Partai NasDem tak diundang. Sementara, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri turut diundang, namun tak hadir karena beralasan sedang berada di luar negeri. Praktis, pertemuan itu hanya dihadiri oleh Ketua Umum Gerindra, Ketum Golkar, Ketum PKB, Ketum PAN, dan Ketum PPP.

Dalam pertemuan itu, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengatakan bahwa koalisi KIR dan KIB berpeluang bergabung. Prabowo menilai, kedua koalisi satu frekuensi.

Halaman
12
Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved