Wisata Bima

Mengunjungi Makam Kuno di Tolobali Kota Bima, Mulai dari Sultan Hingga Penyiar Agama Islam

Alan Malingi menjelaskan, awalnya Sultan Bima memberikan tanah sawah kepada para ulama dan mubaliq.

Penulis: Atina | Editor: Dion DB Putra
HO/ISTIMEWA
Makam kuno di Kota Bima yang merupakan makam Sultan Bima dan para penyiar agama Islam. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Atina

TRIBUNLOMBOK.COM, KOTA BIMA - Makam Tolobali yang terletak di Kota Bima menjadi satu di antara destinasi wisata sejarah.

Nama Tolobali merupakan perpaduan dari dua kata yakni Tolo Ra Bali atau sawah yang dikembalikan.

Sejarahwan Bima, Alan Malingi menceritakan, bagaimana lingkungan tempat berdirinya tiga makam Sultan Bima tersebut berdiri.

Alan Malingi menjelaskan, awalnya Sultan Bima memberikan tanah sawah kepada para ulama dan mubaliq.

Namun karena mereka tidak memiliki keahlian dalam bercocok tanam, maka sawah itu dikembalikan.

Seiring pertumbuhan penduduk, lingkungan persawahan tersebut kini menjadi area pemukiman warga.

Selain pemukiman, juga terdapat tiga makam Sultan Bima yang juga dikenal sebagai kesatria Kesultanan saat itu.

"Makam Tolobali merupakan aset penting bagi sejarah Bima," kata Alan.

Dalam komplek pemakaman tersebut, terbaring dengan tenang tiga orang kesatria, pejuang dan seniman.

Mereka adalah Sultan Abdul Khair Sirajuddin yang merupakan Sultan Bima kedua.

Kemudian Sultan Nuruddin dan Sultan ketiga Bima yang merupakan putera dari Sultan Abdul Khair Sirajuddin dan Sultan Jamaluddin, Sultan Bima keempat, putera dari Sultan Nuruddin.

Di kawasan itu juga dimakamkan para guru dan keturunan Melayu, yang berjasa dalam menyiarkan agama Islam di Bima.

Satu di antaranya adalah Syekh Umar Al Bantami atau yang dikenal oleh orang Bima dengan Sehe Banta berasal dari Banten.

"Sehe Banta adalah guru dari Sultan Nuruddin," tambah Alan.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved