Nahdlatul Wathan

Sejarah Nahdlatul Wathan dan NU di Lombok, Maulana Syekh Pernah Jadi Konsulat Nahdlatul Ulama

Sebelum mendirikan Nahdlatul Wathan, Maulana Syekh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid merupakan Konsulat Nahdlatul Ulama Provinsi Sunda Kecil.

Editor: Sirtupillaili
Dok. Dinas Sosial NTB
Foto pendiri Nahdlatul Wahtan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dalam sampul dokumen pengusulan sebagai pahlawan nasional. 

Kemudian pengurus-pengurus cabang madrasah NWDI dan NBDI se-Pulau Lombok, dan para alumni dan santri madrasah NWDI dan NBDI.

Pendirian Nahdlatul Wathan sebagai fase lanjutan bagi perjuangan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid.

Secara ideologi dan filosofis, nama ini sama dengan nama madrasah yang didirikan, yakni Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah.

Melalui organisasi ini, kemudian menunjukkan bentuk dan upaya penyatuan terhadap common sense masyarakat Islam Nusantara dalam negara Kesatuan Republik Indonesia.

Hal ini juga sebagai visi futuristik TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, meletakkan konteks perjuangan pada level nasional, dari Lombok untuk Indonesia.

Ada sejumlah faktor yang menjadi faktor pendirian organisasi Nahdlatul Wathan, diantaranya:

1. Perkembangan perjuangan dan cabang-cabang Madrasah NWDI dan NBDI, tahun 1953 tercatat kedua madrasah tersebut telah memiliki 66 cabang yang tersebar di wilayah Pulau Lombok.

2. Meninggalnya Saleh Sungkar membuat TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, kehilangan sparing partner dalam perjuangan, namun sekaligus kian matang dalam politik.

Sehingga menjadi babak baru bagi perjuangan dan eksistensi politik nasional TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, organisasi yang didirikan tidak lagi menggunakan embel-embel nama daerah bahkan tidak lagi menaruh kata “Islam”.

3. Adanya desakan para petinggi Partai Masyumi di Jawa yang khawatir melihat gelagat Nahdlatul Ulama yang mulai menyatakan ketidakpuasan.

Jika Nahdlatul Ulama keluar dari Masyumi, maka dikhawatirkan massa pendukung yang ada di Lombok juga akan ikut tercerai berai.

Sehingga massa pendukung yang sebagian besar berada di bawah pengaruh TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid yang menjadi epicentrum politik, harus segera diikat dalam organisasi selain NU, untuk menjadi anggota istimewa.

Selama TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid masih hidup Nahdlatul Wathan melaksanakan 10 kali muktamar.

Dan menempati posisi sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Wathan selama enam periode, sejak 1953-1973.

Kemudian digantikan Haji Jalaluddin untuk periode 1973-1978.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved