Wawancara Khusus
Danrem 162/WB Brigjen TNI Lalu Rudy: Saya Ikut Merasakan Euforia MotoGP di Sirkuit Mandalika
Putra daerah asal Lombok Tengah ini mengungkap kisah awalnya mengikuti pendidikan militer, sesuatu yang tidak pernah dicita-citakannya.
Penulis: Wahyu Widiyantoro | Editor: Dion DB Putra
Akhirnya kita berpikir di TNI AD ada satu perwira kita yang utak-atik kemampuannya hingga menemukan hidram itu.
Hidram an sistemnya grativasi bumi tanpa menggunakan energi listrik, sinar, mesin. Itu yang sekarang kita manfaatkan.
Jadi kita mengajak. Kita sudah buktikan di beberapa tempat di Lombok.Ada di Ai Bual, di Kopang Lombok Tengah. Ada juga di Masbagik, dua tempat ini sudah saya buktikan.
Sumber airnya ada, kalau dari utara itu banyak airnya cuma tidak bisa maksimal karena airnya sungai di bawah 70 meter, penduduknya di atas.
Kemudian kita coba bantuan hidram, kita buatkan dengan grativasi bumi itu. Air bisa naik.
Ini maksudnya apa. Pertama ayo Pemda lihat ini kita bantu masyarakat, kita ada sumber air tapi tidak mampu naikkannya. Kalau pakai mesin ada biaya tambahan atau kayak itu tadi, kalau rusak selesai.
Nah kalau ini ada rusaknya tapi cukup dengan ban bekas sudah bisa baik itu. Yang kita tutup tidak perlu beli, kita sudah ajari.
Kita menggugah karena desa juga punya anggaran. Manfaatkan saja untuk kesejahteraan masyarakat setempat. Air itu kebutuhan pokok manusia apapun alasannya harus kita utamakan itu.
Ini sudah kita bangun mungkin di NTB sudah ada 30-an lebih.
Kedua, kalau itupun tidak ada sumber bisa diangkat kita akan berusaha dengan sumur bor. Itu teknologi sudah umum tapi kita tetap membantu.
Kita punya alatnya, geolistrik kita punya. Sekarang tinggal di mana tempatnya kita survei terus bagaimana pembiayaannya kita gandeng pemerintah.
Saya umpamakan begini saja. Misal teknologi ini sudah dipakai di luar silakan. Tapi tolong ini yang betul-betul kebutuhan pokok masyarakat kalau memang ajak kita, ayo. Dan ini juga menghilangkan kasus stunting bayi.
Lombok ini sudah menjadi pusat perhatian dunia dengan adanya Sirkuit Mandalika. Sarana vital. Ini ada kaitannya dengan tugas TNI walaupun tidak secara langsung tetapi saya kira tetap konteks sarana vital karena ini aset bangsa dan itu masuk dalam wilayah tugas Korem 162/WB.
Saya sangat apresiasi dengan NTB ini apalagi saya putra daerah. Kita tahu perkembangan. Saya beranjak dari kecil hingga dewasa di daerah selatan itu terkenal daerah kelaparan pada tahun 1970-an.
Saya anaknya bupati ikut makan bulgur, direndam 3 jam baru dimasak, memang kondisi seperti itu.
Kembali lagi itu masalah air. Berjalannya waktu sekarang kita sudah sangat jauh menggeliat di bidang pariwisata. Tidak bisa kita pungkiri sumber daya alam kita sangat cantik.
Saya kan sudah bertugas hampir di seluruh Indonesia. Tidak kalah NTB sumber daya alamnya, tinggal kita bagaimana mengelola.
Alhamdulillah sekarang Kuta dan area sekitarnya sudah diberikan status KEK (Kawasan Ekonomi Khusus).
Itu kan penetapan dari pemerintah pusat nah kemudian diberikan ke konsorsium ITDC untuk kelola. Di situ saya lihat sangat cerdas dengan membangun sirkuit.
Kita sekarang di Indonesia sudah sangat lengkap. Sudah diputuskan sirkuit ini untuk MotoGP, tidak akan berubah konsepnya. Formula E di Ancol kemarin ada ground breaking sirkuit F1 (Formula 1) di Bintan.
Kenapa bisa dikatakan obyek vital? Tidak menutup kemungkinan kepala negara atau setingkat kepala negara ataupun negara tetangga akan melihat, nonton dan sebagainya.
Itu ada leading sector TNI, untuk keramaian polisi tapi kita selalu kolaborasi saling membantu amankan itu kami dilibatkan. Polda butuh bantuan kita siap.
Adanya Sirkuit Mandalika ini sangat signifikan untuk pertumbuhan ekonomi kita.
Menteri Sandiaga Uno bilang perputaran uang sampai triliunan selama tiga hari pelaksanaan MotoGP di Sirkuit Mandalika bulan Maret 2022.
Saya melihat pembangunan sudah pesat. Di Jawa bangun bandara tapi gaungnya begitu-begitu aja. Di sini, begitu bangun sirkuit gaungnya sedunia. Sebanyak 1,5 miliar orang tahu itu di Lombok.
Jadi ini satu anugerah dari Tuhan untuk NTB. Bukan itu saja, banyak tempat yang perlu dikembangkan lagi. Tinggal kita di sini harus menggemilangkan NTB seperti kata Pak Zul (Gubernur NTB Dr Zulkieflimansyah).
Begitu bapak menjabat sebagai Danrem langsung dihadapkan dengan event MotoGP di Sirkuit Mandalika. Kita bisa lihat euforianya, mungkin ada sedikit catatan?
Kalau euforia, jangankan masyarakat saya sendiri jujur sangat merasakannya.
Saya bukan hobi MotoGP, Marquez saja gak tahu saya. Karena euforianya pengen dan tahu jadinya. Yang banyak nonton orang Indonesia, menonton dengan rasa bangga.
Sedikit evaluasi untuk kita semua di pemerintah dan stakeholder yang ada. Ada yang seperti aji mumpung. Harga tinggi banget, baik itu transportasi maupun akomodasi. Ini sangat kita sayangkan, jangan terlena.
Di tetangga ada Sirkuit Sepang (Malaysia). Jangan sampai kita kalah, jangan sampai orang malas nonton ke Lombok, malah mereka ke Sepang karena gak butuh tambahan apa-apa, hanya tiket pesawat.
Jadi, ayo saya mengajak pelaku wisata di daerah sini manfaatkan dengan baik (keberadaan Sirkuit Mandalika) tapi jangan aji mumpung.
Karena ini berkelanjutan. Tahun ini saja 3 kali event. Tahun depan memang belum keluar jadwal tapi saya dengar informasi mereka sudah MoU untuk 10 tahun. Berarti masih panjang seperti agenda tahunan.
Jadi bagaimana kita buat sedemikian rupa agar orang itu nyaman nonton di Mandalika. (wahyu widiyantoro/bersambung)
Simak wawancara khusus lainnya di sini