Mengenal Jenis Nyale, Cacing Laut Favorit Masyarakat Suku Sasak Lombok
Bau nyale adalah tradisi masyarakat suku Sasak Lombok berupa menangkap cacing laut yang keluar dari celah bebatuan di kawasan Pantai Mandalika Lombok
Penulis: Sinto | Editor: Maria Sorenada Garudea Prabawati
Masyarakat suku Sasak Lombok memasak nyale ini dengan cara memasaknya menjadi sayur bening, dimasak santan atau dimasak dengan cara dibakar memakai pelepah daun pisang kemudian digoreng.
Ada juga masyarakat suku Sasak yang biasanya mengolahnya dengan cara direbus kemudian dibungkus memakai daun pisang lalu dibakar.
Selanjutnya kemudian disiapkan sambel yang terbuat dari jeruk nipis.
Masyarakat biasanya memadukan nyale dengan sambal tersebut.
Tidak lupa pula nasi yang menjadi makanan pokok, sementara nyalenya dan sambel menjadi lauknya. Rasanya gurih dan juga ada rasa manis.
Selanjutnya terdapat pula nyale air. Dinamakan demikian karena biasanya berubah menjadi air setelah ditangkap.
Nyale ini sangat mudah terurai seperti air. Bahkan ketika dimasukkan kedalam baskom biasanya banyak yang langsung mencair.
Bentuk dari nyale air ini biasanya lebih besar daripada nyale hijau namun ukurannya lebih pendek dari nyale hijau.
Rasanya juga tidak seenak nyale hijau. Rasanya biasanya lebih pahit daripada nyale hijau.
Bahkan masyarakat kadang-kadang sakit perut karena mengkonsumsi nyale air ini.
Nyale ini terdiri dari beberapa sebutan yaitu nyale Bekedeq atau nyale bermain, nyale nyasar, bahkan ada juga masyarakat yang menyebutnya sebagai nyale muda.
Baca juga: Belasan Orang Diringkus Polresta Mataram karena Narkoba di Awal Februari 2022
Baca juga: Jelang Puncak Bau Nyale, Ini Keseruan Tradisi Adu Ketangkasan Peresean Suku Sasak di Kuta Mandalika
Dinamakan demikian karena nyale ini biasanya muncul sebelum hari puncak bau nyale.
Namun biasanya masyarakat juga mencari nyale air ini untuk dikonsumsi atau dijual di sekitar pasar dekat Pantai Kuta Mandalika.
Tempat pasar biasanya dijual kedua jenis nyale ini adalah Pasar Kuta Mandalika dan juga pasar tradisional Sengkol.
Masyarakat atau nelayan yang menjual nyale ini biasanya mematok harga Rp50 ribu per baskom nyale air.
Sementara nyale hijau biasanya dipatok mulai harga Rp 100 ribu sampai Rp150 ribu.
(*)