Febrian Ceritakan Kisah di Balik Buku "Tuan Guru Bajang dan Covid-19"

Menjelang penutupan di momen bersejarah tersebut, Tuan Guru Bajang merilis buku berjudul "Tuan Guru Bajang dan Covid-19".

Penulis: Lalu Helmi | Editor: Lalu Helmi
Dok.NWDI
Ketua Umum PB NWDI TGB HM Zainul Majdi meluncurkan buku 'Tuan Guru Bajang dan Covid-19' yang ditulis Febrian Putra, saat penutupan Muktamar NWDI, Minggu 30 Januari 2022. 

"Buku ini saya bagi berdasarkan pernyataan-penyataan eksplisit beliau (TGB, red) di ruang publik, diskusi-diskusi virtual selama pandemi hampir dua tahun," katanya.

Yang terpenting, ucap Febrian, TGB tidak hanya sekadar menyampaikan anjuran lisan, melainkan mempraktikkannya melalui tindakan.

Buku "Tuan Guru Bajang dan Covid-19" Jadi Suluh Dalam Kelam

Dalam bukunya, Febrian secara eksplisit menyebutkan bahwa dunia telah mengalami pandemi yang sama.

Yakni flu Spanyol.

Terjadi hampir 100 tahun yang lalu.

Waktu itu, kata Febrian banyak diulas adalah soal kebiasaan atau aktivitas sosial masyarakat.

Hal itu bertolak belakang dengan apa yang terjadi saat pandemi covid-19.

"Waktu itu, tidak ada ribut-ribut seperti hari ini, apalagi yang menyeret/membawa jargon agama," ujarnya.

Febrian menyorot soal tingginya keinginan setiap orang memberi komentar soal pandemi covid-19.

Terutama dari perspektif agama.

Padahal, kata Febrian, dasar pandangan keagamaan yang disampaikan tersebut tidak sepenuhnya benar.

"Buku ini berisi pandangan-pandangan yang memantik kericuhan, membenturkan antara agama dengan kehidupan kemasyarakatan," ujarnya.

Febrian berharap agar buku yang ditulisnya menjadi acuan/panduan terkait cara mengambil hukum agama dalam pengambilan keputusan.

Tidak bisa kita, kata Febrian menyampaikan kepada publik berdasarkan subjektivitas, apalagi berkaitan dengan agama.

"Ini yang sering disampaikan TGB, bahwa kita menyampaikan sesuatu dengan cara agama berkaitan dengan sumbernya, dari guru," beber pria kelahiran Kota Mataram itu.

Buku ini, sebut Febrian, ia niatkan menjadi kontra narasi terhadap orang-orang yang membungkus informasi tidak benar, dengan agama.

Padahal setelah dicek, ujar Febrian, si pembicara tidak memiliki latar belakang keagamaan yang kuat.

"Melalui buku ini saya ingin masyarakat agar selalu berhati-hati, mawas diri terhadap setiap informasi. Jika orang yang berbicara mempunya kompetensi dan latar belakang yang jelas, maka informasi yang dibawanya tentu dapat dipertanggungjawabkan," tegasnya.

"Keinginan saya, dengan hadirnya buku ini dapat menghadirkan hal-hal yang positif, mengajak kepada kebaikan, dipenuhi dengan kemengertian untuk bisa menghapus dengung di ruang publik," sambungnya.

Febrian menyampaikan bahwa TGB memberi lampu hijau terkait buku yang ditulisnya.

Selagi itu, kata Febrian, masih dalam konteks berkhidmat pada umat.

"Prinsipnya, sepanjang membawa manfaat, beliau (Tuan Guru Bajang) memberikan dukungan penuh.Karena sebelumnya saya juga sudah menulis buku beliau tentang Dakwah Nusantara," ujar Febrian.

Senada dengan penulisnya, Tuan Guru Bajang saat peluncuran buku tersebut menyebutkan bahwa kehadiran buku karya Febrian memiliki urgensi yang jelas.

Seorang ulama, kata Ketum PB NWDI, harus mampu hadir menjawab persoalan di tengah umat.

“Di dalamnya ada bagaimana memandang Covid-19 dari sudut pandang sebagai seorang muslim. Seperti apa Islam membekali kita dengan nilai-nilai,” kata Tuan Guru Bajang.

Hal-hal yang tertulis dalam buku, kata TGB mencerminkan nilai-nilai yang membesarkan NWDI dan jamaahnya.

“Nilai yang membentuk jati diri serta karakter sebagai seorang mukmin, muslim, dan di saat yang sama sebagai kader NWDI,” kata Gubernur NTB (2008 – 2018) itu.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved