Pasar Tradisional di Kota Bima Hanya Jual Satu Merek Minyak Goreng, Harga Masih Meroket

Pedagang di pasar tradisional Kota Bima, hanya menjual satu merek minyak goreng saja dam harganya masih terpantau tinggi

Penulis: Atina | Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
TribunLombok.com/Atina
Lapak Sembako di pasar tradisional Amahami Kota Bima, hanya menjual minyak goreng curah dan Bimoli. 

Sedangkan cabai hasil petani Bima, justeru tidak terlalu dilirik karena kualitas. Kecuali, ada perbedaan harga yang signifikan di Pulau Lombok dan Bima.

"Sama dengan tomat. Kami pasok dari Lombok. Kalau di Bima, banyak air, cepat busuk. Jadi rugi kita jual. Makanya kita selalu pasok dari Lombok, " ungkap Nuri, pedagang lainnya.

Untuk beras, perlahan harganya juga mulai merangkak naik. Penyebabnya, belum adanya panen raya.

Satu kilo beras jenis medium, dijual dengan harga Rp 10 ribu per kilogram. Sedangkan yang premium, Rp 10.100 per kilogram.

Menurut Asmah, pedagang beras di pasar Amahami, panen biasanya terjadi pada Bulan April hingga Mei.

Selama itu, maka pasokan beras berkurang hingga memicu naiknya harga.

Baca juga: Warga Mataram Serbu Ritel Modern, Minyak Goreng Ludes Dalam Empat Jam

Meski demikian, selama ini tidak pernah terjadi kelangkaan stok beras.

Biasanya, Asmah memasok beras dari Kabupaten Sumbawa dan Kabupaten Bima. Beras di Kota Bima ada, tapi kualitasnya kurang baik.

"Kurang bagus berasnya. Jadi kita lebih memilih beras dari Sumbawa Besar. Kadang di Kabupaten Bima," pungkasnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved