Natal Damai di Pulau Seribu Masjid, Warga Umat Beragama Saling Menjaga
Pelaksanaan ibadah Natal di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) berlangsung khidmat, Sabtu (25/12/2021).
Penulis: Sirtupillaili | Editor: Maria Sorenada Garudea Prabawati
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Pelaksanaan ibadah Natal di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) berlangsung khidmat, Sabtu (25/12/2021).
Umat kristiani menjalankan ibadah dengan khusyuk di daerah yang dijuluki Pulau Seribu Masjid.
Pantauan TribunLombok.com di Gereja Katolik Santai Maria Immaculata di Mataram, ibadah Natal berjalan aman dan lancar.
Pelaksanaan ibadah dijaga aparat keamanan.
Jemaat yang masuk wajib menerapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan Covid-19.
Sehingga jemaat harus berdiri sampai pintu gerbang untuk melaksanakan ibadah Natal.
Baca juga: Natal 2021 Kondusif, Walikota Mataram: Pelihara dengan Baik Toleransi Beragama
Suasana di sekitar gereja juga tampak tertib.
Warga dari umat non Kristiani juga ikut menjaga ketertiban di luar gereja.
Mulai dari parkir kendaraan dan keamanan di luar gereja.
Yosef, salah seorang jemaat Gereja Katolik Santa Maria Immaculata mengatakan, dia mengaku sangat bahagia bisa kembali merayakan ibadah Natal langsung ke gereja.
Suasana ibadah pun berlangsung aman dan damai. Tidak ada gangguan sama sekali.
"Tahun ini sangat tertib dan damai, tidak berkerumun sesuai aturan pemerintah," katanya.
Dari sisi keamanan, menurutnya mereka merasa sangat aman. Tanpa gangguan apa pun.

Dia menyadari, meski beribadah di daerah dengan julukan Pulau Seribu Masjid, Yosef mengaku sangat aman.
"Tetap aman di sini. Toleransi beragamanya cukup tinggi di sini," katanya.
Baca juga: Penyelundupan TKW ke Timur Tengah Digagalkan, 52 Orang Korban dari NTB
Hubungan antar umat beragama terbangun dengan baik. Mereka merasa tidak ada perbedaan sama sekali dengan umat lainnya.
Mereka tetap saling menghormati bahkan saling menjaga.
Antar umat beragama berinteraksi seperti biasa tanpa ada perbedaan.
Suasana itu tampak di deretan lapak pedagang kaki lima di samping gereja.
Hampir semua pedagang nasi di tempat ini merupakan umat muslim.
Para pedagang muslim di tempat ini hidup berdampingan dengan para jemaat gereja yang datang beribadah.
Sehingga pada saat Hari Natal seperti saat ini, pedagang dan tukang parkir muslim di tempat ini memberikan ucapan selamat Natal.
"Karena mereka sering ke warung kita ucapin juga ke mereka Selamat Natal ya, kan kita saling menghargai," kata Fatimah, pedagang nasi bungkus di samping gereja.
Dalam kehidupan sehari-hari, mereka kerap berinteraksi tanpa membedakan diri berdasarkan agama.
Mereka tidak pernah saling mengejek atau saling merendahkan. Karena warga sadar masing-masing punya keyakinan yang harus dihargai.
"Agama dia ya untuk dia, kita ya kita (agama)," katanya.
Ketika banyak jemaat datang, pedagang pun senang dan melayani mereka makan.
"Yang penting kita hidup rukun dan damai," katanya.
Baca juga: Tiga Jenazah PMI Korban Kapal Karam di Malaysia Tiba di Lombok
Hal sama diungkapkan Saleh, tukang parkir di kawasan tersebut.
Menurut Saleh, kerukunan antar umat beragama di tempat terjalin dengan baik.
Tidak hanya dengan umat kristiani. Mereka juga hidup damai dengan umat Hindu.
Sebab 30 meter dari gereja ada Pura umat Hindu. Kemudian 50 meter ada masjid.
"Kami tidak ada pernah saling mengganggu, hidup damai saling menghargai," kata Saleh.
Jangankan saling gangguan, mereka bahkan saling membantu. Pada saat Natal seperti ini dia ikut membantu parkir jemaat yang datang.
Sementara pada saat Hari Raya Idul Fitri, umat kristiani juga membantu mereka dengan memberikan kambing.
"Kita di sini saudara, tidak ada sekat-sekatan," kata Saleh.
(*)