Stunting NTB di Atas Rata-rata Nasional, Wagub Rohmi Tawarkan Posyandu Keluarga Sebagai Solusi
Persoalan stunting masih menjadi masalah kesehatan cukup serius di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
Penulis: Sirtupillaili | Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM – Persoalan stunting masih menjadi masalah kesehatan cukup serius di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).
Stunting atau gagal tumbuh pada balita menyebabkan tubuh mereka lebih pendek dari balita seusianya.
Hal itu disebabkan kekurangan gizi kronis.
Data riset kesehatan dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan tahun 2018 menunjukkan, angka stunting di Provinsi NTB mencapai 33, 49 persen.
Baca juga: Mahasiswa NTB Antusias Ikut Vaksinasi Merdeka di Kampus, Sudah Rindu Masuk Kuliah Secara Normal
Artinya, sekitar 167 ribu dari 500 ribu balita mengalami stunting.
Tonton juga:
Angkat tersebut masih berada di atas rata-rata stunting nasional. Stunting nasional berada di angka 30,8 persen pada 2018.
Menurut Survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada 2019, angka ini menurun menjadi 27,7 persen.
Baca juga: PPKM Level 4 Mataram Diperpanjang, Gubernur NTB Siapkan 20 Ribu Paket JPS Mini bagi Pedagang
Pemerintah melalui Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024, menetapkan target angka stunting nasional turun mencapai 14 persen.
Sedangkan NTB memiliki target turun hingga 20 persen.
Terkait kondisi tersebut, Wakil Gubernur Provinsi NTB Sitti Rohmi Djalilah mengatakan, penanganan stunting membutuhkan kerja sama semua pihak, khususnya orang tua.
Pemprov NTB sendiri memiliki program posyandu keluarga.
Menurutnya, posyandu keluarga menjadi salah satu solusi dari berbagai permasalahan kesehatan di Provinsi NTB.
Termasuk memberikan edukasi kepada masyarakat terkait pencehgahan stunting.