Stunting NTB di Atas Rata-rata Nasional, Wagub Rohmi Tawarkan Posyandu Keluarga Sebagai Solusi
Persoalan stunting masih menjadi masalah kesehatan cukup serius di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB)
Penulis: Sirtupillaili | Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Sebab itu, pemerintahannya sedang gencar melakukan revitalisasi posyandu agar lebih banyak posyandu menjadi posyandu keluarga.
”Posyandu ini mendeteksi berbagai persoalan sosial, sebagai ujung tombak pelayanan masyarakat berbasis dusun menuju pertahanan keluarga,” kata Rohmi, memberikan pemaparan penanganan stunting di NTB, dalam pembekalaan program kerja kuliah nyata (KKN) Muhammadiyah-Aisyah Tahun 2021, Rabu (4/8/2021).
Dengan posyandu keluarga, setiap tahun dapat dilakukan rekapitulasi data dari seluruh posyandu dan puskesmas di NTB.
“Sehingga kita bisa mendapatkan by name by address, penanganan yang jauh lebih komprehensif dan efektif,” katanya.
Masalah stunting, kata Rohmi, tidak hanya berbicara tentang bayi dan ibu hamil.
Baca juga: NTB Luncurkan Layanan Digital bagi Wisatawan, Mudahkan Kunjungan ke Banyak Destinasi
Tetapi juga bagaimana mengedukasi remaja agar siap menjadi calon ibu dan memahami kesehatan reproduksinya.
“Kita juga harus mengedukasi masyarakat karena stunting juga sangat tergantung dari lingkungan,” ujarnya.
Ia harap penanganan stunting komprehensif dengan melibatkan semua pihak. Mulai dari keluarga, lingkungan, desa, pemerintah kabupaten, provinsi hingga pemerintah nasional.
”Karena kita tahu penanganan stunting tidak hanya bicara tentang gizi tetapi sangat erat juga hubungannya dengan sanitiasi,” ujarnya.
(*)