Dihujani Kritik Komisi VI DPR RI, Ini Jawaban ITDC Terkait Pengembangan KEK Mandalika
Mendapat kritikan pedas Anggota Komisi VI DPR RI Abdul Hakim Bafagih, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau ITDC angkat suara.
Penulis: Sirtupillaili | Editor: Maria Sorenada Garudea Prabawati
Laporan wartawan Tribunlombok.com, Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Mendapat kritikan pedas Anggota Komisi VI DPR RI Abdul Hakim Bafagih, PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau ITDC angkat suara.
VP Corporate Secretary ITDC Miranti Nasti Rendranti menjelaskan, pelaksanaan pembangunan Jalan Kawasan Khusus (JKK) untuk balap MotoGP masih terus berprogres dan sesuai jadwal.
”Pekerjaan konstruksi JKK dibagi dalam dua kegiatan utama,” katanya.
Pertama, pekerjaan ground work atau galian, timbunan, dan pemadatan tanah oleh kontraktor WIKA-BRL.
Progres per 17 Oktober 2020 sudah mencapai 77,5 persen.
Kedua, pekerjaan lapisan akhir atau pengaspalan dan pekerjaan tunnel oleh kontraktor PT PP (Persero).
”Progrenya sudah mencapai 18 persen dan direncanakan akan selesai pada Juni 2021,” jelasnya.
Sementara infrastruktur pendukungnya adalah 2 buah tunnel (terowongan) utara dan selatan yang sedang dibangun di bawah track sirkuit.
Tunnel ini akan berfungsi dan digunakan pada saat berlangsungnya race. Sehingga mobilitas kegiatan pariwisata tamu hotel tidak terganggu.
Pembangunan Hotel Jalan Terus
Baca juga: Bikin Listrik Lombok Down Empat Hari, PLTMGU Lombok Peaker Akhirnya Beroperasi
Baca juga: 43 Anak Kawin Lari di Lombok Berhasil Dilerai, Sebagian Diserahkan ke Pondok Pesantren
Sedangkan terkait pembangunan hotel Pullman, proyek sempat terhenti karena masalah pendanaan.
Tapi saat ini ITDC sudah mulai meneruskan pekerjaan konstruksi hotel.
ITDC bekerja sama dengan Wika Gedung dengan nilai kontrak Rp 700 miliar.
Tahun 2021, ITDC menargetkan pembangunan hotel selesai 80 persen. Sehingga dapat digunakan untuk akomodasi wisatawan saat perhelatan MotoGP.
Miranti menyebut, beberapa hotel di dalam delineasi KEK Mandalika sudah beroperasi, antara lain Novotel dengan 102 kamar, Puri Rinjani 31 kamar, Segara Anak Hotel 26 kamar dan Tastura 20 kamar.
”Yang berada di luar delineasi KEK namun masih di Mandalika terdapat 73 akomodasi skala kecil yang dimiliki masyarakat,” jelasnya.
Trickle-down effect dari pembangunan, kata Miranti, sudah mulai terasa di KEK Mandalika sebelum pandemi.
”Namun memang ada beberapa yang masih kami proses,” jelasnya.
Seperti Paramount mengalami keterlambatan pembangunan selama dua tahun.
Perkiraan jadi tahun 2024, karena adanya perubahan pemegang saham di dalam perusahaan tersebut.
Untuk Royal Tulip, ITDC membuka kembali kesempatan untuk investor baru.
Saat ini sudah ada 3 pihak yang siap untuk beauty contest, termasuk diantaranya investor dari Singapura dan investor nasional dari Batam.
“Dalam pipeline ada 1.010 kamar yang sedang kami proses,” jelasnya.
Dari angka tersebut sekitar 376 kamar akan diselesaikan dalam waktu dekat, termasuk Hotel Pullman.
Di luar itu, untuk memenuhi kebutuhan akomodasi atas event internasional akan dipenuhi dengan glamping dan guest house di sekitar Mandalika/Lombok.
Soal Tenaga Kerja
Sementara terkait serapan SDM di The Mandalika, ITDC memproyeksikan 716 tenaga kerja.
Sebanyak 549 tenaga dari NTB, 160 tenaga dari luar NTB dan 7 tenaga kerja asing.
”Dengan semakin berkembangnya kawasan Mandalika tentunya kami berharap dapat meningkatkan taraf hidup warga sekitar,” tandasnya.
(*)