Penemuan Mayat Mahsiswi Unram

Keluarga Desak Polisi Dalami Motif Pembunuhan Mahasiswi Unram di Pantai Nipah

Pihak keluarga Ni Made Vaniradya Puspa Nitra mendesak  pihak kepolisian mendalami motif pembunuhan yang dilakukan tersangka

Penulis: Ahmad Wawan Sugandika | Editor: Laelatunniam
TRIBUNLOMBOK.COM/WAWAN SUGANDIKA
PEMBUNUHAN NIPAH - Kuasa Hukum Vira, I Gde Pasek Sandiartyke (kiri) dan orang tua korban saat ditemui di kediamannya di Lingkungan Pajang, Kelurahan Pejanggik, Kota Mataram, Senin (22/9/2025). Ia mendesak  pihak kepolisian mendalami motif pembunuhan yang dilakukan tersangka Radiet Adriansyah. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK UTARA – Pihak keluarga Ni Made Vaniradya Puspa Nitra, mahasiswi Universitas Mataram (UNRAM) yang tewas di Pantai Nipah, Lombok Utara, mendesak  pihak kepolisian mendalami motif pembunuhan yang dilakukan tersangka Radiet Adriansyah.

Kuasa hukum korban, I Gde Pasek Sandiartyke, menilai kasus ini tidak cukup hanya dikenakan pasal pembunuhan biasa, melainkan berpotensi masuk kategori pembunuhan berencana.

Menurutnya, dari awal penyelidikan, banyak kejanggalan dalam keterangan yang diberikan tersangka kepada pihak kepolisian.

Ditekankannya, motif utama tersangka bermula dari pelecehan seksual, yang kemudian berujung pada perlawanan korban hingga terjadi pertengkaran sengit yang membuat Vira harus meregang nyawa.

“Motif di awal ini kan pelecehan. Tersangka mencoba melecehkan, namun korban melawan untuk menjaga kesuciannya sampai akhirnya terjadi pertengkaran hebat. Itu perlu didalami lebih jauh, karena bisa saja ini memang sudah direncanakan,” ucap Pasek saat ditemui TribunLombok.com, Senin (22/9/2025).

Disebutkannya, pasal yang saat ini dikenakan pada tersangka adalah Pasal 338 KUHP (pembunuhan) dan Pasal 351 ayat (3) KUHP (penganiayaan yang mengakibatkan mati).

Namun, keluarga menilai perlu dorongan untuk memasukkan Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana melalui pendalaman motif pelaku

Menurut Pasek, dari bukti-bukti yang ada, ia menilai tersangka dari awal telah berusaha menyusun skenario seolah-olah korban pembegalan.

“Dia bahkan menunjuk orang lain sebagai pelaku. Tapi setelah pemeriksaan polisi, keterangan itu terbukti tidak sinkron. Ini harus dipandang serius, jangan hanya berhenti di pembunuhan biasa,” tambahnya.

Pasek juga menanggapi kabar simpang siur soal kondisi tersangka. Menurutnya, informasi bahwa tersangka mengalami gegar otak tidak benar. Dari hasil medis, tersangka hanya memiliki luka luar di kepala dan pipi.

“Pelaku Radiet ini bisa dipastikan 100 persen adalah pelaku. Dari awal banyak kejanggalan dalam keterangannya, dan hasil pemeriksaan psikologi polisi juga menyebut tersangka orang yang suka berbohong,” ungkapnya.

Selain itu, ayah korban, I Wayan Sastra Bagia, turut meminta agar pelaku pembunuhan anaknya mendapat hukuman maksimal.

“Kami serahkan semua ke pihak kepolisian. Siapapun pelakunya, harus dihukum setimpal dengan apa yang sudah dilakukan pada anak saya,” singkatnya.

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved