Opini
Tantangan Utama Gubernur Iqbal dari Bangsa Sasak Sendiri
Berdasarkan pengalaman berpolitik orang Sasak, saya melihat gempita raya itu menjadi pisau bermata dua bagi gubernur Iqbal.
Tidak berhenti di situ, mereka juga merasa paling memiliki gubernur Iqabl. Kemudian menuntut kehadiran gubernur Iqbal dalam segala hal yang berkaitan Sasak. Acara adat, budaya, agama, perayaan, bahkan sampai acara perkawinan dituntut kehadiran gubernur Iqbal.
Tuntutan itu memaksakan kehendak agar gubernur Iqbal mengutamakan bangsa Sasak dibandingkan yang lain.
Sebagaimana penyakit megalomania, besarnya perasaan paling itu berdampak pada risiko kekecewaan yang jauh lebih besar pula. Ketika bangsa Sasak yang merasa paling berjasa, merasa paling berhak, dan merasa paling memiliki itu tidak sesuai dengan kenyataan, maka yang tumbuh kemudian adalah tumbuhnya keraguan secara perlahan.
Kemudian keraguan terhadap gubernur Iqbal semakin membesar, yang menimbulkan kekecewaan. Lalu seterusnya diikuti oleh kemarahan. Ending dari semua perasaan tersebut adalah perlawanan. Dengan kata lain, berbalik arah untuk melawan gubernur Iqbal. Jadi polanya adalah 1) keraguan, 2) kekecewaan, 3) kemarahan, 4) perlawanan.
Seperti pola sebelumnya, saat mereka menaruh harapan kepada gubernur Iqbal. Hal yang sama dilakukan dalam lumbung kekecewaan. Mereka membangun persepsi perlawanan terlebih dahulu, kemudian menciptakan imajinasi kolektif tentang sosok gunbernur Iqbal yang tak sesuai harapan.
Umpatan kecewa sampai kritik terbuka mulai menjamur. Dalam hal begini, bangsa Sasak termasuk sangat pandai. Menyanjung orang dengan kata setinggi langit, kemudian merendahkannya setelah itu dengan kata serendah lapisan bumi terbawah. Seperti yang saya katakan di atas, dalam banyak hal, orang Sasak tak pernah mempunyai karakter tunggal.
Gaduh politik sesama bangsa Sasak itu kemudian dimainkan oleh lawan politik. Orang Sasak yang sudah di puncak kecewa terhadap gubenur Iqbal, karena tidak punya modal yang kuat, kemudian mencari pelabuhan lain.
Di sanalah mereka berjumpa dan berkoalisi dengan lawan politik gubernur Iqbal. Baik lawan politik lama yang masih mempunyai kehendak berkuasa yang sangat kuat, maupun lawan politik baru yang berpotensi bergabung dengan lawan politik lama.
Dalam situasi tersebutlah kemudian, mulai semakin nampak jelas. Politik bangsa Sasak selalu terikat oleh satu pola yang menghinakan. Hanya karena kecewa oleh harapan sendiri, saudara sendiri sanggup dinistakan.
Serangan-serangan kejam bahkan keji, yang akan dihadapai oleh gubernur Iqbal banyak datang dari bangsa Sasak sendiri. Baik dari yang dulu pendukung utama kemudian berubah menjadi lawan utama, maupun yang memang sudah berlawanan sejak kontestasi pertama.
Potensi ke arah pembalikan arus yang sumbernya dari kecewa tersebut akan terus semakin membesar. Hal ini dikarenakan oleh watak kebangsaan orang Sasak yang tidak mudah menghapus kecewa politik.
Malahan kecewa politik itu, dalam catatan sejarah orang Sasak, hampir semuanya semakin membesar yang berhujung pada dendam dan permusuhan politik abadi. Bahkan boleh saya katakan, secara ekstrimnya, sejarah politik orang Sasak mencatatkan bahwa bangsa Sasak lebih banyak diselimuti oleh permusuhan dan dendam politik. Artinya, dalam politik, persatuan kebangsaan Sasak tidak pernah utuh.
Karena itu, saya melihat. Dalam kontestasi politik mendatang, bangsa Sasak akan terbelah secara besar, karena putus harap dan gunung kecewa terhadap gubernur Iqbal berpotensi semakin besar.
Lalu arus kecewa itu akan membangun kekuatan lain untuk mengalahkan gubernur Iqbal. Tentu saja, situasi berbeda jika gubernur Iqbal cepat sensitif dan gesit bertindak untuk mengambil langkah strategis dan jitu dalam membangun pola politik kebangsaan orang Sasak yang lebih relevan.
Terlepas dari sukses tidaknya gubernur Iqbal membangun formulasi tepat dalam menghadapi rasa kecewa bangsa sendiri itu, sejauh ini, begitulah politik bangsa Sasak.
Selalu berhujung dalam keterserakan. Berakhir dalam kolam kekecewaan. Malangnya, mereka amat susah belajar dari keterserakan dan kekecewaan. Lalu membangun politik bangsa Sasak yang lebih unggul dan matang.
Karena itu, sekali lagi saya tegaskan. Tantangan utama gubernur Iqbal ialah dari bangsa Sasak sendiri.
Malaysia, 17 September 2025
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.