Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika
TRIBUNLOMBOK.COM, KOTA MATARAM – Kasus Human Immunodeficiency Virus dan Acquired IImmunodeficiency Syndrome (HIV/AIDS) di Kota Mataram masuk level mengkhawatirkan.
Data Dikes Kota Mataram yang dilihat dari laporan ke DPRD Kota Mataram, HIV/AIDS tembus diangka 929 kasus pada Januari hingga Juni 2025 .
Rinciannya, HIV 493 kasus dan AIDS 436 kasus, sementara yang meninggal dunia 139 kasus.
Anggota Komisi IV DPRD Kota Mataram, Herman menyatakan bahwa berdasarkan data ini maka kasus sudah masuk dalam level mengkhawatirkan.
“Setiap tahun mengalami kenaikan, mulai dari tahun 2024 angka kasus HIV/AIDS mencapai 685, sekarang tembus angka 929. Ini masuk level mengkhawatirkan, jangan dianggap remeh. Dikes Kota Mataram harus bersikap dan segera bertindak,” ucap Herman dikonfirmasi TribunLombok.com, Selasa (5/8/2025).
Baca juga: Kasus Kematian Terserang HIV/AIDS di Lombok Timur Mencapai 13 Orang pada 2024
Peningkatan kesadaran dan upaya preventif untuk menanggulangi penyebaran penyakit dianggap penting untuk dilakukan.
Herman meminta langkah cepat Dikes dengan melakukan rapid tes secara berkala terhadap kelompok rentan.
Menurutnya penyebaran HIV/AIDS dapat melalui praktik hubungan seksual tanpa pengaman, penggunaan jarum suntik bergantian, serta perilaku seks bebas tanpa perlindungan menjadi penyumbang utama penyebaran virus HIV.
“Kita harapkan ada langkah cepat, jangan sampai terus dibiarkan,” ujarnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram, Emirald Isfihan mengatakan, angka kasus HIV/AIDS ini perlu penjelasan komprehensif.
“Jadi jangan cuma dilihat jumlah kasusnya. Penjelasannya, penemuan kasus HIV/AIDS merupakan langkah krusial dalam memutus rantai penularan dan mengurangi angka kesakitan dan kematian.
"Itu yang telah dilakukan di kota Mataram secara maksimal. Strategi penemuan kasus harus aktif dan menyasar populasi kunci (PSK, kelompok seks homo, pengguna narkoba suntik), diikuti dengan pengobatan antiretroviral (ARV), dan pencegahan penularan berbasis komunitas dan lintas sektor,” kata Emirald.
Kekhawatiran HIV/AIDS ini adalah penularan oleh carrier (pembawa virus) yang asimptomatik (tidak bergejala) sehingga harus aktif dilakukan penemuan kasus.
“Kasus yang sudah kita temukan ini kemudian kita pastikan mendapatkan pengobatan sehingga tidak menularkan,” sebutnya.