Opini

Seni Pertunjukan dan Pariwisata NTB: Menyatukan Identitas, Menembus Globalisasi

Editor: Laelatunniam
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

OPINI - Baiq Larre Ginggit Sekar Wangi, Ketua Program Studi Seni Pertunjukan, Universitas Bumigora.

Mengubah Wacana Jadi Gerak Nyata

Dialog Budaya yang diselenggarakan Universitas Bumigora adalah langkah awal yang inspiratif dalam membangun sinergi antara seni dan pariwisata di NTB. Namun, sebagaimana halnya sebuah pertunjukan yang baik, dialog ini tidak boleh berakhir di panggung forum semata.

Ia harus dilanjutkan dengan aksi nyata, evaluasi berkelanjutan, dan kesinambungan strategis. Dalam seni, jeda bukanlah akhir, melainkan bagian dari ritme. Maka, dari jeda wacana ini, kita harus kembali memainkan peran dengan lebih substansial.

Langkah konkret harus segera diambil. Pemerintah daerah perlu merumuskan kebijakan yang berpihak pada keberlangsungan seni pertunjukan, bukan hanya sebagai aset budaya, tetapi sebagai strategi pembangunan sosial dan ekonomi.

Dana desa, misalnya, bisa dimanfaatkan untuk mendukung sanggar seni komunitas atau membiayai festival budaya desa yang terjadwal dan profesional. Festival-festival tersebut tidak hanya memperkaya pengalaman wisatawan, tetapi juga memperkuat rasa bangga dan kepemilikan masyarakat terhadap budayanya (Richards, 2018).

Kampus, sebagai ruang intelektual dan kebudayaan, memiliki peran penting dalam menjembatani kepentingan masyarakat dan arah pembangunan daerah.

Melalui kegiatan pengabdian masyarakat yang berbasis seni, universitas dapat menciptakan intervensi kreatif yang berakar pada konteks lokal. Inisiatif seperti teater keliling, lokakarya budaya, atau residensi seni di desa-desa bisa menjadi bentuk nyata dari kontribusi akademik dalam pembangunan.

Seperti yang dikemukakan UNESCO (2016), pelestarian budaya dan kreativitas lokal merupakan fondasi dari pembangunan berkelanjutan. Maka, pertanyaannya bukan hanya “apa yang akan ditampilkan di panggung pariwisata NTB?”, melainkan “siapa yang akan diberdayakan melalui panggung itu?”. Apakah masyarakat lokal sekadar menjadi tontonan, atau menjadi pemain utama? Jika kita siap menjawab tantangan itu, maka panggung sudah terbuka lebar dan kita semua adalah para aktornya.

Berita Terkini