TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM – Pemerintah Belanda akan mengembalikan “harta karun” milik Lombok berupa permata, batu mulia, emas dan perak buntut permintaan maaf kepada Indonesia atas penjajahan yang dilakukan pada era kolonialisme.
Belanda akan mengembalikan artefak Lombok berupa 230 kilogram emas, 7.000 perak dan permata yang tak terhitung jumlahnya yang sebelumnya tersimpan pada sebuah museum di Amsterdam Belanda.
Namun tidak hanya milik Lombok, ada juga empat arca dari Singasari di Kabupaten Malang dan keris dari Klungkung Bali serta 132 benda seni moderen milik Bali yang akan dikembalikan.
Pembina Tim Ekpedisi Sejarah PDIP NTB H. Rachmat Hidayat mengatakan timnya masih akan terus mencari harta karun yang tersembunyi sebagai bentuk konsistensi untuk menjaga budaya dan sejarah masyarakat Lombok.
“Ini akan menjadi warisan yang berharga bagi anak cucu kita ke depan. Kita harus mewarisi khazanah budaya dan sejarah Lombok terhadap generasi masa depan,” kata Rachmat, Jumat (14/7/2023).
Baca juga: Tim Ekspedisi Mistis NTB dan Lembaga Kajian Sosial Mi6 Dorong Pemda Wujudkan Museum Arkeologi Sasak
Dia mengatakan, di tengah menguatnya arus globalisasi yang membawa budaya asing masuk ke Indonesia, tentunya generasi harus diperkuat dengan pemahaman mereka tentang tradisi dan budaya masyarakat Sasak Lombok.
Sejarah Lombok menjadi warisan yang berharga terhadap generasi untuk dijaga dan dirawat.
“Karena generasi muda kita yang dapat menjaga tradisi kita di tengah masuk secara masif budaya-budaya barat yang datang melalui arus globalisasi serta teknologi. Kebudayaan kita akan menjadi tamengnya,” ujarnya.
Pada Agustus mendatang “harta karun” tersebut akan tiba ke Indonesia, karena saat ini Indonesia dan Belanda masih menyelesaikan kesepakatan soal pemulangan. Langkah ini merupakan kerjasama Belanda dan Indonesia.
Penjarahan harta milik Lombok bermula dari ekspedisi Belanda ke Lombok berkekuatan 107 perwira dan 2268 orang, termasuk sebanyak 1320 orang Eropa dan squadron kavaleri.
Pasukan tiba di Ampenan pada 5 Juli 1894 dan berlanjut pada dua hari memasuki Ampenan tanpa perlawanan. Dari sana mulai muncul strategi dan peperangan.
Peperangan di Lombok tak dapat terhindari saat penjajah mulai menargetkan kerajaan di sana. Tidak hanya menyisakan korban jiwa, namun harta berharga kerajaan turut dijarah dan dibawa ke negara mereka.
Menelusuri Jejak Mitos
Ketua Tim Ekspedisi PDIP NTB – M16 Ruslan Turmuzi mengatakan penelusuran Tim Ekspedisi berawal dari mitos maupun cerita rakyat atau folklore masyarakat setempat yang ditelusuri dan ditemukan sejumlah bukti mendukung folklore tersebut.
“Misalnya mitos Desa Besari di Lombok Utara yang hilang. Itu awalnya hanya sebatas mitos. Tetapi saat kita turun, kita temukan sejumlah bukti benda-benda masa lalu yang diyakini milik Desa Besari dan kini dimuseumkan oleh warga setempat,” jelasnya.