”Gelap kan langsung, orang-orang dari arah sana (barat) pada lari semua, mereka takut tsnunami, kita tambah (takut) jadinya,” tuturnya.
Karena ketakutan, Salwidah dan anaknya saling peluk di halaman rumah sembil menangis.
Mereka melihat sendiri rumah-rumah warga di kampung Ranjok Utara ambruk, termasuk rumahnya.
Kala itu, semua warga ketakutan dengan gempa tersebut sehingga lari mencari tempat aman.
Baca juga: NTB Dilanda 69 Kali Gempa Bumi pada Pekan Keempat Juni 2021
Mereka semua tinggal di tenda pengungsian berdesak-desakan dan hidup mengandalkan bantuan.
Tapi kini, setelah tiga tahun lamanya, kehidupan warga sudah berangsur normal.
Dia pun merasa suda tidak trauma lagi dengan gempa. Bahkan merasa semakin akrab dengan bencana tersebut.
Di sisi lain, menurut Salwidah, hubungan antar warga semakin erat karena selama berbulan-bulan tinggal di tenda pengungsian.
”Kalau ingat masa-masa kita mengungsi, kalau ngumpul itu dah yang dibahas sambil ketawa-ketawa,” ujarnya.
Baca juga: Terjadi 82 Kali Gempa di Wilayah NTB pada Awal Juni 2021
Sekarang mereka sudah membangun kembali rumahnya dengan bantuan dana stimulus dari pemerintah.
Bantuan tersebut dipakai tetapi tidak cukup untuk membangun kembali rumahnya secara total.
”Saya memilih menerima bahan bangunan dan bangun sendiri,” jelasnya.
Rumah yang dia bangun saat ini menggunakan standar tahan gempa. Sebab dalam membangun mereka pun mendapat pengawasan.
”Mudahan tidak terjadi gempa lagi,” harapnya.
Tidak hanya rumah, gempa juga merusak sekolah di tempat itu.