Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM – Sebelum tewas terjatuh, Mochammad Fuad Hasan (26 tahun) dan temannya kebingungan memilih jalur bercabang saat turun menuju Danau Segara Anak, di Gunung Rinjani, Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
”Katanya orang TNGR itu jalur lama, tapi saya tidak tahu karena kurang jelas rambu-rambunya,” tutur Muhammad Hazazi (20 tahun), teman korban, yang ditemui di ruang jenazah RSUD Kota Mataram, Minggu (3/1/2021).
Tidak disangka, pemilihan jalur itu berujung maut.
Hazazi merupakan satu-satunya saksi mata saat M Fuad Hasan terjatuh di jalur pendakian Gunung Rinjani.
Mereka sama-sama berasal dari Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur. Korban kenal dekat dengan keluarga Hazazi.
Hazazi alias Aji menuturkan, ia dan Fuad Hasan mendaki hari Kamis (31/12/2020), sekitar pukul 10.30 Wita, melalui jalur pendakian Senaru.
Setelah sampai pos 2, mereka ketamu dengan rombongan pendaki dari Bima. Mereka pun gabung dan melanjutkan pendakian bersama-sama.
”Sampai di pos 3, ada orang di Bekasi turun, dia cerita kalau jalurnya ekstrem dan dia hampir mati 50 kali, kata si orang Bekasi ini,” tutur Hazazi.
Baca juga: Tukang Ojek dan Penumpang Perempuan Tertangkap Bawa Sabu di Lombok Tengah
Baca juga: Tukang Parkir di Lombok Tengah Tusuk Pengunjung Minimarket karena Tidak Bayar Parkir
Baca juga: Mahasiswa Asal Surabaya Tewas Terpeleset di Gunung Rinjani
Mendengar cerita itu, mental rombongan pendaki dari Bima pun down. Sehingga mereka memutuskan kamp di pos 3.
Tapi Hazazi dan Fuad Hasan memilih melanjutkan perjalanan, naik menuju Pelawangan Senaru.
Dalam perjalanan mereka mulai kelelahan dan memutuskan kamp di pos Cemara 5, di bawah Pelawangan Senaru.
Keesokan harinya, Jumat (1/1/2021), sekitar jam 10.00 Wita, mereka melanjutkan perjalanan ke Pelawangan Senaru dan tiba di sana pukul 12.00 Wita.
Setelah tiba di pelawangan, mereka kembali melanjutkan perjalanan turun menuju Danau Segara Anak.
Sayangnya, jalur yang mereka lalui merupakan jalur lama. Jalur tersebut sudah tidak dipakai lagi pascagempa 2018.