Rinjani

Menghidupkan Kembali Besembek, Ritual Sembelum Mendaki Rinjani

Ritual besembek bukan sekadar formalitas, melainkan bentuk penghormatan terhadap alam dan leluhur yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Penulis: Toni Hermawan | Editor: Idham Khalid
TRIBUNLOMBOK.COM/ TONI HERMAWAN
NGASUH GUNUNG - Ritual Ngasuh Gunung Rinjani yang digelar masyarakat Desa Sajang, Sembalun, Lombok Timur, Senin (4/8/2025). Ritual ini sebagai penolak bala. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Toni Hermawan

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Masyarakat kaki Gunung Rinjani, menyimpan tradisi dan kearifan lokal yang telah mengakar kuat. Salah satunya adalah ritual besembek, prosesi permohonan izin atau "betabek”.

Ritual ini dilakukan sebelum mendaki gunung yang dianggap sakral oleh masyarakat adat Bayan Beleq, Lombok Utara.

Ritual ini bukan sekadar formalitas, melainkan bentuk penghormatan terhadap alam dan leluhur yang telah diwariskan secara turun-temurun.

Pemangku adat Bayan Beleq, Raden Kertamono, menegaskan pentingnya ritual besembek sebagai bagian dari etika spiritual sebelum memasuki kawasan pegunungan.

“Kita harus betabek permisi dulu kalau mau naik,” ujar Raden saat ditemui di sela diskusi bersama Organisasi Mahasiswa dan Pemuda Pecinta Alam (Oasistala) Lombok Timur, Kamis (7/8/2025) sore.

Raden mengungkapkan, pernah terjadi insiden tragis beberapa tahun lalu akibat pendaki yang tidak melakukan ritual ini. Ia mengibaratkan kejadian tersebut sebagai akibat dari "nyelonong", mendaki tanpa permisi atau restu dari alam.

Menurutnya, besembek adalah bentuk doa dan permohonan keselamatan untuk para pendaki, sejak langkah pertama hingga kembali dengan selamat.

“Itulah makna nyembek, supaya diberikan kelurusan, supaya aman sampai puncak, pulang juga aman,” jelasnya.

Raden juga berharap agar ritual besembek dijadikan bagian dari SOP resmi pendakian Gunung Rinjani, sebagai langkah pelestarian budaya sekaligus peningkatan kewaspadaan pendaki.

“Siapapun naik gunung harus disembek,” tegasnya.

Baca juga: BTNGR Pertimbangkan Ritual Besembek Masuk SOP Pendakian

Kiai Adat Edi Susanto turut menjelaskan lebih lanjut mengenai prosesi Ngasuh Gunung, di mana besembek menjadi bagian penting di dalamnya. Ritual dimulai dari rumah adat, diawali dengan doa-doa, kemudian dilanjutkan dengan upacara besembek sebelum berangkat ke Rinjani.

“Besembek itu ibarat meminta restu sebelum naik ke Gunung Rinjani,” kata Edi.

Setelah sampai di kawasan gunung, ritual berlanjut bersama para Mangku Gunung, kiai adat, dan tokoh masyarakat lain. Menurut Edi, leluhur dahulu senantiasa mendaki gunung dengan rasa hormat tinggi terhadap alam.

“Adat itu tata cara yang baik. Orang kita dulu kalau dia naik ke gunung, dia menghormati dan cinta kepada alam,” ungkapnya.

Tradisi ini dilakukan dengan penuh kesopanan, termasuk berpakaian rapi dan meminta petunjuk dari tokoh adat sebelum memulai pendakian.

Dukungan dari Komunitas Pecinta Alam

Gagasan untuk memasukkan ritual besembek ke dalam SOP pendakian juga disambut baik oleh para pendaki senior. Raisin Hamdi, pendiri Organisasi Pecinta Alam Sangkareang (Orlpas), memandang ritual ini sebagai pengingat agar pendaki lebih mawas diri.

“Boleh-boleh saja, itu lebih mengingatkan kita terhadap alam bebas dan menjadi sugesti (pendaki), tidak ada salahnya diterapkan,” ujarnya dalam diskusi yang sama.

Menurutnya, ritual besembek tidak akan mengganggu jadwal pendakian, asalkan dijadwalkan secara bijak.

“Mungkin bisa sehari sebelum pendakian atau saat briefing dari TO,” imbuhnya.

Raisin, yang akrab disapa Abu Icin, menilai besembek juga bermanfaat secara psikologis.

“Tidak ada salahnya seperti itu, untuk mengingatkan supaya tidak lalai,” tuturnya.

Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR), Yarman, menyatakan bahwa prosesi besembek merupakan bagian penting dari tradisi masyarakat adat dan memiliki nilai pelestarian budaya yang tinggi.

“Nyembek ini penting untuk menjaga kearifan lokal dan menjaga ekosistem masyarakat adat,” ujarnya saat ditemui pada Senin (4/8/2025).

Meski demikian, Yarman menekankan bahwa rencana ini masih dalam tahap wacana dan perlu dibahas bersama para pemangku adat serta pelaku wisata sebelum menjadi prosedur resmi.

“Kita bicara dengan masyarakat adat dulu, besok kita bicarakan, kita perlu juga sosialisasi dengan teman-teman pelaku wisata,” tambahnya.

BTNGR sendiri mendorong agar ritual besembek masuk ke dalam sistem pendakian, sebagai bentuk sinergi antara pelestarian budaya dan pelestarian alam.

“Saya mendorong itu, saya yakin nilai positif daripada budaya kearifan lokal masyarakat tidak bertentangan dengan hukum positif negara juga, artinya sejalan,” tambah Yarman.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved