Rinjani
BTNGR Pertimbangkan Ritual Besembek Masuk SOP Pendakian
BTNGR mendorong adanya besembek sebelum mendaki Gunung Rinjani, sebagai pelestarian budaya dan kearifan lokal.
Penulis: Toni Hermawan | Editor: Idham Khalid
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Toni Hermawan
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR – Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) tengah mempertimbangkan untuk menjadikan ritual besembek sebagai bagian dari proses awal sebelum melakukan pendakian Gunung Rinjani.
Hal ini dilakukan sebagai bentuk pelestarian budaya lokal dan penghormatan terhadap ekosistem masyarakat adat di sekitar kawasan taman nasional.
Kepala BTNGR, Yarman, mengatakan bahwa prosesi besembek merupakan bagian penting dari tradisi masyarakat adat dan memiliki nilai pelestarian budaya yang tinggi.
“Nyembek ini penting untuk menjaga kearifan lokal dan menjaga ekosistem masyarakat adat,” kata Yarman saat ditemui pada Senin (4/8/2025).
Meski demikian, Yarman menegaskan bahwa rencana ini masih dalam tahap wacana dan akan dibicarakan terlebih dahulu dengan para pemangku adat serta pelaku wisata sebelum dijadikan sebagai prosedur standar pendakian.
“Kita bicara dengan masyarakat adat dulu, besok kita bicarakan, kita perlu juga sosialisasi dengan teman-teman pelaku wisata,” ujarnya.
BTNGR mendorong adanya ritual besembek sebagai salah satu upaya pelestarian budaya dan nilai-nilai lokal yang telah diwariskan turun-temurun oleh leluhur masyarakat sekitar Gunung Rinjani.
“Saya mendorong itu, saya yakin nilai positif daripada budaya kearifan lokal masyarakat tidak bertentangan dengan hukum positif negara juga, artinya sejalan,” tambah Yarman.
Kiai Adat Edi Susanto menjelaskan bahwa ritual besembek merupakan bagian dari rangkaian prosesi Ngasuh Gunung, sebuah upacara adat sebelum melakukan perjalanan ke Gunung Rinjani. Prosesi dimulai dari rumah adat dengan doa-doa, kemudian dilanjutkan dengan besembek.
“Besembek itu, ibarat meminta restu sebelum naik ke Gunung Rinjani,” jelas Edi.
Baca juga: Ngasuh Gunug Rinjani, Ritual Adat Masyarakat Sembalun untuk Keselamatan Pendaki
Setelah melakukan besembek, para peserta yang telah menjalani prosesi akan melanjutkan perjalanan menuju gunung bersama para tokoh adat, termasuk Mangku Gunung, kiai adat, dan masyarakat setempat.
“Adat itu tata cara yang baik. Baik mau ke gunung, orang kita dulu kalau dia naik ke gunung, dia menghormati dan cinta kepada alam,” ujarnya.
Menurutnya, dahulu masyarakat selalu memulai perjalanan ke Rinjani dengan mendatangi tokoh adat dan mengenakan pakaian rapi sebagai bentuk penghormatan terhadap alam dan leluhur.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.