Sumbawa Barat
Dari Garut ke Sumbawa Barat: Cerita Penjual Bendera Musiman Mengais Rezeki Jelang HUT RI
Pian (44), seorang pedagang musiman yang berasal dari Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, datang berjualan di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).
Penulis: Rozi Anwar | Editor: Laelatunniam
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Rozi Anwar
TRIBUNLOMBOK.COM, SUMBAWA BARAT – Pian (44), seorang pedagang musiman yang berasal dari Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat, datang berjualan di Kabupaten Sumbawa Barat (KSB).
Setiap pagi, saat matahari mulai bersinar, barang dagangannya ia pajang di depan rumah warga yang berada di Jalan Tengku Umar, Kota Taliwang, KSB.
Berbagai ukuran bendera Merah Putih dijual oleh Pian menjelang perayaan Hari Ulang Tahun Republik Indonesia (HUT RI) ke-80, dengan harga mulai dari Rp5.000 hingga Rp200.000.
Dalam sehari, terkadang ada pembeli, namun tidak jarang juga tidak ada satu pun yang membeli dagangannya.
“Kalau tiga tahun terakhir ini memang di sini sudah mulai berkurang pembelinya,” ungkapnya sambil menyeruput kopi dan memakan kacang rebus yang dibelinya pagi itu, Selasa (5/8/2025).
Pian bercerita bahwa ia mulai berjualan di KSB sejak tahun 2015. Setiap tahun, pada tanggal 28 Juli, ia berangkat dari Kabupaten Garut menuju KSB. Perjalanan dimulai dengan menggunakan kereta api ke Surabaya, Jawa Timur, kemudian naik bus ke Lombok. Dari Lombok, ia melanjutkan perjalanan dengan travel menuju Kota Taliwang, KSB.
“Barang-barang dagangan ini saya titip lewat bus juga. Seminggu sebelum saya berangkat ke KSB, barang-barang ini sudah saya kirim duluan,” tuturnya.
Sebelum menjual bendera dan aksesori kemerdekaan, Pian pernah bekerja di PT Gramedia Group, di bagian percetakan majalah maupun berita yang diproduksi di wilayah Bandung.
“Ya, sekitar tiga tahun saya kerja di PT Gramedia itu, tapi di bagian cetaknya,” ungkapnya.
Sebagai penjual bendera dan aksesori kemerdekaan, Pian membandingkan pendapatannya dari tahun ke tahun.
Saat PT Newmont masih beroperasi di KSB, ia hampir setiap hari mendapatkan omzet lebih dari Rp2 juta. Namun, tiga tahun terakhir ini, penghasilannya menurun drastis, hanya sekitar Rp1 juta per hari.
“Kalau sekarang itu hanya Rp1 juta dari pagi sampai malam, dan kadang-kadang juga sehari tidak ada yang beli,” keluhnya.
Pian mengatakan bahwa hasil dari berjualan musiman seperti ini cukup untuk menafkahi istri dan anak-anaknya di rumah, memenuhi kebutuhan bulanan mereka.
“Hitungannya hanya 18 hari saya jualan, karena tanggal 16 Agustus sudah pulang ke Garut. Insyaallah cukup lah dari hasil jualan, ya kita syukuri saja,” jelasnya sambil tersenyum kecil.
Sebagai motivasi dalam menjual bendera dan aksesori kemerdekaan, Pian meneladani perjuangan para pahlawan yang dahulu berperang demi kemerdekaan, yang menurutnya jauh lebih berat dan penuh pengorbanan dibanding perjuangannya saat ini.
“Ini mah kecil perjuangan kita membela negara. Tantangan kita hanya meninggalkan keluarga di rumah. Kalau pahlawan dulu, mereka berperang jauh lebih berat dari perjuangan kita sekarang,” tutupnya, sambil memberi semangat kepada dirinya sendiri.
PT Ridho Bersama Libatkan Masyarakat Lokal Produksi Coconet untuk Reklamasi Tambang |
![]() |
---|
Setelah Ditegur Kementerian LH, TPA Batu Putih KSB Beralih ke Sistem Controlled Landfill |
![]() |
---|
Bupati Sumbawa Barat Dorong Percepatan PLTMH Bintang Bano, Audiensi di Kementerian |
![]() |
---|
Kekerasan Terhadap Anak di KSB Meningkat, Kasus Seksual Mendominasi |
![]() |
---|
Bendera One Piece Viral, Kesbangpoldagri KSB Tekankan Pentingnya Wawasan Kebangsaan Sejak Dini |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.