WN Brasil Jatuh di Rinjani

Terungkap! Autopsi Ulang Pastikan Juliana Marins Tewas Akibat Jatuh dari Ketinggian di Rinjani

Teka-teki penyebab kematian Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang meninggal dunia saat mendaki Gunung Rinjani, akhirnya menemui titik terang.

Editor: Laelatunniam
Dok.Istimewa
JATUH DI RINJANI - Kolase foto Juliana Marins. Foto kiri adalah tangkapan layar video drone tim SAR saat Juliana terpantau dalam kondisi duduk di Gunung Rinjani usai jatuh di kedalaman 500 meter dari puncak Rinjani, Senin (23/6/2025). Sedangkan foto kanan adalah foto Juliana yang diunduh di akun Instagram @resgatejulianamarins, pada Selasa (24/6/2025). 

TRIBUNLOMBOK.COM -  Teka-teki penyebab kematian Juliana Marins, pendaki asal Brasil yang meninggal dunia saat mendaki Gunung Rinjani, akhirnya menemui titik terang.

Hasil autopsi ulang yang dilakukan oleh Institut Kedokteran Forensik (IML) Rio de Janeiro, Brasil, telah dirilis pada Kamis (10/7/2025).

Mengutip Kompas.com, menurut laporan IML yang dilansir Globo, Juliana Marins meninggal dunia akibat jatuh dari ketinggian.

Penyebab langsung kematiannya adalah pendarahan internal yang parah disertai berbagai cedera dan trauma di beberapa lokasi tubuh.

Hasil autopsi menunjukkan bahwa Juliana mengalami patah tulang panggul, dada, dan tengkorak. Cedera-cedera ini sangat konsisten dengan dampak jatuh dari ketinggian.

IML memperkirakan bahwa Juliana meninggal antara 10 hingga 15 menit setelah menderita cedera fatal tersebut.

Laporan juga mengindikasikan bahwa setelah terjatuh, Juliana kemungkinan besar tidak dapat bergerak atau meminta bantuan karena luka-lukanya yang parah.

Situasi ini menunjukkan kemungkinan Juliana mengalami penderitaan fisik dan psikologis yang hebat sebelum akhirnya menghembuskan napas terakhir.

Autopsi ulang ini dilakukan di Brasil pada 2 Juli, setelah jenazah Juliana tiba dari Indonesia.

Proses ini melibatkan dua ahli forensik dari Kepolisian Sipil Rio, didampingi seorang ahli dari Kepolisian Federal, serta seorang asisten teknis yang mewakili keluarga.

Autopsi berlangsung selama kurang lebih 2,5 jam, dimulai pukul 08.30 dan berakhir sekitar pukul 11.00 waktu setempat.

Menariknya, IML menyebutkan bahwa kondisi jenazah Juliana yang telah diawetkan atau dibalsem sempat menghambat beberapa analisis.

Pengawetan ini mempersulit estimasi waktu kematian yang lebih akurat dan verifikasi tanda-tanda klinis tertentu.

Seperti diberitakan sebelumnya, keluarga Juliana merasa tidak puas dengan hasil otopsi pertama di Indonesia, kemudian meminta otoritas Brasil untuk melakukan otopsi ulang.

Autopsi pertama di Indonesia menyimpulkan Juliana meninggal akibat luka dalam dan fraktur di berbagai bagian tubuh, tanpa adanya tanda-tanda hipotermia, dan korban diperkirakan hanya bertahan kurang dari 20 menit setelah trauma.

Sumber: Tribun Lombok
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved