Bupati Lotim Usir Pemandu Wisata

3 Saran Akademisi Poltekpar Lombok atas Polemik Pengusiran Pemandu Wisata di Pantai Ekas

Menurutnya, kejadian di Kawasan Ekas, Lombok Timur, menjadi pengingat pentingnya memberikan wawasan kuat tentang pariwisata tanpa batas bagi bupati.

Penulis: Sinto | Editor: Sirtupillaili
Dok.Istimewa
AKDEMISI - Sirajuddin, dosen Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Lombok dan Chairman Institut Komitmen Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata Indonesia (Kommppparindo). Ia memberikan saran terkait polemik pengusiran pemandu wisata oleh bupati Lombok Timur. 

Laporan Wartawan TribunLombok, Sinto

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Pengembangan destinasi wisata yang sukses, khususnya antar batas daerah, sangat bergantung pada kolaborasi, pemahaman menyeluruh, dan dukungan terhadap para pelaku wisata. 

Hal ini ditegaskan dosen Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Lombok, Sirajuddin, menanggapi viralnya aksi bupati Lombok Timur yang mengusir turis dan pemandu wisata, di Pantai Ekas, Selasa (17/6/2025).

Menurutnya, kejadian di Kawasan Ekas, Lombok Timur, menjadi pengingat pentingnya memberikan wawasan kuat tentang pariwisata tanpa batas kepada para pemangku kepentingan. 

"Hal ini menjadi solusi pengembangan destinasi wisata untuk kenyamanan pelaku wisata dan wisatawan," katanya, pada Tribun Lombok, Rabu (18/6/2025).

1. Peran tour guide tak boleh diremehkan

Peran sentral para pelaku wisata seperti tour guide, tour leader, surfer, operator transportasi, dan komunitas lokal dalam merintis dan mempromosikan destinasi baru sering terlupakan. 

Sejarah mencatat, destinasi besar seperti Pantai Pink (Lombok Timur, Bima, Labuan Bajo), Gili, Senggigi, Sanur, Benoa, Komodo, hingga Mandalika, bermula dari perjuangan dan kontribusi tak ternilai para pelaku wisata ini.

Sejak perjalanan wisata pertama di Bali pada tahun 1920-an, merekalah yang menjadi ujung tombak.

"Peran mereka seharusnya dibayar mahal dan didukung serta diberi penghargaan, karena merekalah yang banyak berjuang di tempat wisata baru sehingga itu terkenal sebelum masuk investor," ujar Sirajuddin, yang juga Chairman Institut Komitmen Perencanaan dan Pengembangan Pariwisata Indonesia(Kommppparindo) ini.

2. Perkuat pemahaman pariwisata terintegrasi

Pentingnya pemahaman yang utuh, integral, dan sistematis tentang pariwisata juga ditekankan. 

Para pejabat daerah, khususnya bupati, wali kota, dan kepala dinas Pariwisata perlu dibekali dengan pelatihan dan pemahaman dasar-dasar kepariwisataan, manajemen acara, serta standar keramahan (hospitality) terbaik.

"Dukungan lintas wilayah dan destinasi sangat krusial untuk menciptakan rasa aman dan nyaman bagi seluruh pelaku wisata yang beraktivitas," katanya.

Saat ini, banyak pihak yang baru terjun ke dunia pariwisata namun tidak memiliki rekam jejak atau keilmuan yang memadai, sehingga berpotensi merusak citra pariwisata.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved