Tangan Balita Bima Diamputasi

Dinkes NTB Evaluasi Nakes di Bima Usai Dugaan Malpraktik

Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bakal mengevaluasi kinerja tenaga kesehatan di Kabupaten Bima, menyusul kasus dugaan malpraktik

Penulis: Robby Firmansyah | Editor: Laelatunniam
TRIBUNLOMBOK.COM/ ROBBY FIRMANSYAH
DUGAAN MALPRAKTIK: Plh Kepala Dinas Kesehatan Provinsi NTB Tuti Herawati menyampaikan akan melakukan evaluasi Nakes di Bima buntut kasus dugaan malpraktik, Senin (16/6/2025). 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Robby Firmansyah

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Dinas Kesehatan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) bakal mengevaluasi kinerja tenaga kesehatan di Kabupaten Bima, menyusul kasus dugaan malpraktik yang berujung tangan bayi 16 bulan di amputasi.

"Ini pelajaran yang sangat berharga untuk berupaya memperbaiki pelayanan dan terus meningkatkan kualitas pelayanan," kata Plh Kepala Dinas Kesehatan NTB, Tuti Herawati, Senin (16/6/2025).

Tuti menegaskan terkait dugaan malpraktik bukan ranah Dinas Kesehatan untuk menilainya, sehingga dia membiarkan penanganan dugaan tersebut dilakukan oleh pihak yang berwenang dalam hal ini kepolisian dan majelis disiplin profesi (MDP).

Ia berharap kasus yang menimpa putri kedua dari pasangan Andika Putra dan Marliana itu, bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan.

Kuasa hukum keluarga Arumi Dian Wahyuni mengatakan, kasus yang menimpa bayi malang itu diduga karena kelalaian pihak Puskemas Bolo, Rumah Sakit Sondisia dan Rumah Sakit Kabupaten Bima.

Sebelum peristiwa nahas tersebut, Arumi sempat di rawat di Puskesmas Bolo, namun karena kelalaian pihak puskemas tangan bocah itu membengkak.

"Mereka mengakui pemasangan infus dilakukan oleh perawat tanpa didampingi dokter, semua tindakan medis dilakukan oleh perawat tanpa didampingi dokter," kata Dian ditemui di Mataram, Senin (16/6/2025).

Setelah itu pihak keluarga meminta agar di rujuk ke Rumah Sakit Sondisia, disana Arumi baru ditangani setelah 48 jam berada di rumah sakit.

Disana oleh dokter spesialis anak, diminta agar tangan Arumi di kompres menggunakan air dingin, namun tidak disampaikan durasi waktu kompres tersebut.

"Dari sana tangan Arumi kaku dan menghitam," kata Dian.

Dian mengungkapkan, saat dirujuk dari Puskemas Bolo yang disampaikan kepada Rumah Sakit Sondisia, hanya sakit demam dan muntah yang tak kunjung sembuh. Sementara terkait kondisi tangan tidak disampaikan kepada dokter di sana.

Setelah tangan Arumi semakin parah, dokter di Rumah Sakit Sondisia memerintahkan agar korban ini di rujuk ke Rumah Sakit Bima. Lagi-lagi disana ia tidak langsung mendapatkan perawatan.

"Perawat di Rumah Sakit Kabupaten Bima mengatakan, dokter spesialis tidak menangani pasien kalau masih di IGD," kata Dian.

Namun setelah orang tua Arumi menangis barulah dokter spesialis menangani bayi malang itu, dan langsung diambil tindakan operasi.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved