Opini
Masnun Melawan Mitos Suksesi UIN Mataram
Pertarungan Masnun dalam kontestasi kali ini adalah perjuangan menggugat mitos, menggoyang struktur, dan membalik hegemoni kuasa yang terlembaga.
Ia menanamkan kesadaran bahwa keberhasilan institusional harus memiliki kontinuitas. Kesadaran bahwa jabatan bukanlah hasil transaksi, tetapi hasil legitimasi yang diperoleh melalui kerja keras dan kepercayaan kolektif. Dalam konteks ini, Masnun telah menang secara simbolik, bahkan sebelum hasil akhir diumumkan.
Saya tidak ingin membela Masnun sebagai individu, tetapi ingin menempatkan perjuangannya dalam kerangka yang lebih besar yakni pertarungan melawan struktur simbolik yang membentuk politik pendidikan Islam di Indonesia. Dalam struktur ini, suara kampus sering kali dibungkam oleh suara pusat.
Kinerja sering kali dikalahkan oleh kedekatan. Maka, perjuangan Masnun adalah perjuangan untuk membalik logika itu.
Ia berusaha menegaskan bahwa kampus bukan sekadar satelit birokrasi pusat, tetapi ruang otonom yang harus diberi tempat untuk menentukan arah kepemimpinannya sendiri.
Ia ingin memulihkan makna akademia sebagai ruang rasionalitas dan meritokrasi, bukan ruang kompromi politik dan pertimbangan patronal.
Masnun melawan bukan hanya demi kursi rektor, tetapi demi nilai yang lebih dalam. Bahwa jabatan harus menjadi kelanjutan dari legitimasi kinerja, bukan sekadar hasil dari negosiasi kuasa.
Ia menghadirkan harapan bahwa sistem bisa berubah. Bahwa mitos bisa dikalahkan. Bahwa masa depan kampus bisa ditentukan oleh komunitasnya sendiri. Dalam dunia yang sering kali sinis terhadap perubahan, kehadiran tokoh seperti Masnun memberi ruang bagi imajinasi baru tentang kepemimpinan akademik.
Kepemimpinan yang tidak tunduk pada takdir simbolik, tetapi menciptakan takdir baru melalui kerja, dedikasi, dan keberanian menggugat struktur yang selama ini membatasi.
Dan jika sejarah berpihak padanya, maka nama Masnun pasti dikenang bukan sekadar sebagai rektor UIN Mataram pertama yang memimpin dua periode secara beruntun, tetapi sebagai figur yang menandai titik balik dalam sejarah UIN Mataram yakni saat mitos runtuh dan kesadaran institusional bangkit. Jika pun tidak, maka esensinya tetap utuh.
Melawan struktur adalah keharusan moral ketika mitos mulai menjelma menjadi norma yang menindas. Dalam dunia akademik yang seharusnya menjunjung nalar dan integritas, perjuangan Masnun semacam itu bukan hanya penting. Ia mutlak diperlukan.
Malaysia, 1 Mei 2025
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.