Opini

Masnun Melawan Mitos Suksesi UIN Mataram 

Pertarungan Masnun dalam kontestasi kali ini adalah perjuangan menggugat mitos, menggoyang struktur, dan membalik hegemoni kuasa yang terlembaga.

Editor: Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM/DZUL FIKRI
Salam Faris. Penulis merupakan dosen Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia dan pengarang novel "Perempuan Rusuk Dua". 

Namun, justru dalam ketegangan inilah Masnun menciptakan makna perlawanan. Ia tidak mundur menghadapi mitos. Ia hadir sebagai figur yang mengafirmasi bahwa mitos hanya bisa dihancurkan dari dalam sistem, dengan menunjukkan bahwa keberhasilan itu layak untuk dilanjutkan. 

Dalam konteks Bourdieu, ini adalah upaya mengubah struktur arena dari dalam dengan menggunakan modal yang sah dan diakui oleh sistem itu sendiri. 

Ia tidak mengambil jalan oposisi luar sistem, tetapi jalan transformasi dari dalam. Perjuangannya menjadi bentuk perlawanan simbolik terhadap struktur hegemonik yang telah lama bekerja tanpa pernah dikritisi secara mendalam. 

Ia berupaya membalikkan struktur nilai yang selama ini memaknai keberlanjutan sebagai bentuk penyimpangan menjadi wacana baru yang melihat keberlanjutan sebagai bentuk kematangan institusi.

Masnun melawan bukan dengan jargon politik atau retorika kosong, tetapi dengan rekam jejak yang nyata. Ia tidak datang menawarkan harapan kosong, tetapi mempertaruhkan bukti atas performa. Namun justru karena itu ia berada dalam posisi yang rumit. Dalam struktur yang telah terbiasa dengan kompromi, transparansi bisa menjadi ancaman. 

Dalam sistem yang telah terlembaga dengan patronase, independensi bisa dipandang sebagai bentuk pengingkaran. Masnun berada di antara dua kutub, pertama sebagai simbol keberhasilan institusional yang menjadi harapan warga kampus, dan juga sekaligus sebagai ancaman terhadap struktur informal yang selama ini mengatur peredaran kekuasaan.

Di titik ini, ia sedang membongkar mitos bukan dengan kekuatan retoris, tetapi dengan eksistensi simboliknya sebagai pemimpin yang bertahan dan sangat layak melanjutkan.

Dalam dinamika ini, Masnun tidak hanya menghadapi lawan secara individual, tetapi juga menghadapi struktur. Ia melawan kebiasaan yang telah disublimasi menjadi mitos. 

Ia menantang struktur kultural yang telah dianggap wajar meskipun tak pernah dirumuskan secara eksplisit. Maka pertarungan ini adalah pertarungan naratif antara narasi lama yang mengatakan bahwa dua periode itu tidak mungkin dan narasi baru yang ingin membuktikan bahwa itu bukan hanya mungkin, tetapi justru diperlukan demi konsistensi dan keberlanjutan pembangunan institusi. 

Dalam pertarungan ini, Masnun tidak hanya sedang mencoba menang secara elegan, tetapi juga sedang menciptakan preseden baru dalam sejarah UIN Mataram. Jika berhasil, maka kemenangan itu bukan hanya kemenangan personal, tetapi kemenangan atas struktur simbolik yang selama ini mengekang.

Di sisi lain, kita tidak bisa menutup mata bahwa pesaing Masnun pun bukan tanpa kekuatan. Mereka membawa serta jaringan luas, dukungan politik tertentu, dan posisi simbolik dalam komunitas religius yang kuat. 

Ini menunjukkan bahwa kontestasi ini berada dalam medan kekuasaan yang kompleks, di mana kekuatan tidak bersumber dari satu pusat, tetapi dari berbagai titik politik, kultural, keagamaan, dan akademik. Namun inilah yang menjadikan pertarungan Masnun memiliki nilai simbolik yang besar. 

Ia tidak melawan satu individu, tetapi keseluruhan sistem nilai yang telah menormalisasi siklus kekuasaan tanpa keberlanjutan. Ia hadir sebagai gangguan terhadap stabilitas semu yang selama ini dijaga oleh kompromi simbolik antar elit.

Dalam catatan sejarah PTKIN di Indonesia, pertarungan seperti ini sering kali diakhiri oleh keputusan pusat yang tidak selalu sejalan dengan aspirasi lokal. Maka peluang kekalahan Masnun bukan tidak mungkin. 

Tetapi bahkan dalam kekalahan, ia akan meninggalkan jejak perlawanan yang penting. Ia telah menunjukkan bahwa mitos bisa dilawan. Bahwa struktur bisa digugat. Bahwa kepemimpinan tidak harus tunduk pada patronase. 

Halaman
1234
Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved