Antrean Truk Sapi
Jumlah Sap Mati di Pelabuhan Gili Mas Bertambah Jadi 16 Ekor
Asosiasi peternak sapi menyebutkan hingga saat ini sebanyak 16 ekor sapi mati lemas karena kelamaan mengantre di Pelabuhan Gili Mas
Penulis: Ahmad Wawan Sugandika | Editor: Idham Khalid
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika
TRIBUNLOMBOK.COM, NTB - Kordinator Asosiasi Peternak dan Pedagang Sapi Bima Indonesia, Furkan Sangiang menyebutkan hingga saat ini sebanyak 16 ekor sapi mati lemas karena kelamaan mengantre di Pelabuhan Gili Mas.
Disebutkannya juga, saat ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) NTB seolah tutup mata dengan kondisi yang dialami para peternak sapi.
“Sekarang sudah 16 ekor yang mati. Pemerintah benar-benar tidak peduli. Gubernur hingga saat ini belum memberikan koordinasi,” ucap Furkan, Selasa, (22/4/2025).
Furkan mengungkapkan, jumlah sapi mati tahun ini melonjak drastis dibanding tahun-tahun sebelumnya.
“Kalau tahun-tahun sebelumnya paling dua ekor yang mati,” tambahnya.
DIa juga menyinggung bantahan Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disnakkeswan) NTB, Muhammad Riadi yang menyebutkan hanya dua sapi yang mati.
Menurutnya Kadis Riadi tidak tau data pasti, terlebih kondisi sapi yang mati ini sudah terhitung 12 sejak berada di Pelabuhan Poto Tano.
“Ini ada yang mati lemas dan ada yang mati tapi bisa di sembelih, pak kadis ini dia tidak tau data pasti, karena dia baru-baru turun setelah kami ribut-ribut,” katanya.
Baca juga: Puluhan Truk Pengangkut Sapi Tertahan di Pelabuhan Gili Mas, Gubernur NTB Lalu Iqbal Panggil 3 OPD
Ratusan truk pengangkut sapi lanjut Furkan, masih mengantre di bawah terik matahari. Namun, hanya 7 hingga 10 truk yang berhasil menyeberang setiap harinya.
Ketidakseimbangan ini memperparah kemacetan dan memicu kerugian besar bagi peternak.
Truk-truk tersebut membawa sapi yang akan dikirim ke pulau Jawa untuk memenuhi permintaan pasar menjelang Iduladha.
Furkan menyebut antrean di Pelabuhan Poto Tano sudah terjadi sejak 16 April 2025. Sementara itu, antrean di Gili Mas mulai terlihat dua hari setelahnya.
“Kalau tidak segera ada langkah konkret, kerugian akan terus bertambah. Kami minta pemerintah turun tangan,” ujar Furkan.
Ia juga mengimbau peternak dan pedagang untuk mengatur ulang jadwal pengiriman supaya tidak timbul kerugian yang lebih besar.
“Kami minta teman-teman peternak melihat kondisi di lapangan. Jangan sampai membludak dan malah merugikan diri sendiri,” demikian Furkan.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.