Usai Nonton Serial Drama Walid, 7 Santriwati di Lombok Laporkan Oknum Pimpinan Ponpes ke Polisi

Para santriwati merasa apa yang ditampilkan dalam serial drama Walid tersebut, sama dengan yang dilakukan oknum pimpinan yayasan ponpes berinisial AF.

Penulis: Robby Firmansyah | Editor: Sirtupillaili
Dok.Istimewa
TERGUGAH CERITA WALID - Kolase foto Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram Joko Jumadi (kiri) dan foto poster serial drama Malaysia "Bidah" dengan karakter tokoh fiktif Walid (kanan). Cerita drama tersebut menggugah para santriwati yang menjadi korban kekerasan seksual untuk melapor perbuatan oknum pimpinan yayasan ke Polresta Mataram. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Robby Firmansyah

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Sejumlah santriwati di Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB) melaporkan oknum pimpinan yayasan pondok pesantren (Ponpes) atas dugaan kekerasan seksual. 

Para santriwati ini melaporkan perbuatan oknum pimpinan yayasan berinisial AF, usai menonton serial drama Malaysia berjudul "Bidah" dengan tokoh fiktif bernama Walid Muhammad alias Walid

Karakter tokoh Walid Muhammad Mahdi Ilman dalam drama terebut digambarkan sebagai sosok pemimpin kelompok sekte sesat. Walid mengaku sebagai Imam Mahdi, pemimpin umat muslim jelang kiamat. 

Selain itu, Walid juga memperdaya dan menyetubuhi para santrinya dengan dalih agama.

Karakter Walid dan alur cerita serial drama terebut memiliki banyak kesamaan dengan pengalaman yang dialami para santriwai. Sehingga mereka melaporkan perbuatan AF ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Mataram.

Joko Jumadi, perwakilan Koalisi Stop Anti Kekerasan Seksual NTB mengatakan, peristiwa kekerasan seksal yang dialami para santri tersebut terjadi sejak tahun 2016 sampai 2023.

"Korban (kini) sudah menjadi alumni," kata Joko Jumadi, pada wartawan, Senin (21/4/2025).

Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Kota Mataram itu mengungkapkan, kasus ini terungkap setelah para korban selesai menonton serial drama Malaysia berjudul "Bidah".

Para korban merasa apa yang ditampilkan dalam film tersebut, sama dengan yang dialami saat mereka menimba ilmu di ponpes. "Karena film Walid ini mereka berani untuk speak up (berbicara)," jelas Joko Jumadi.

Sampai saat ini, diketahui sudah ada 20 santriwati yang mengaku sebagai korban. Tapi baru tujuh orang yang sudah diperiksa dan melapor ke polisi.

Oknum pimpinan yayasan tersebut diduga melakukan aksinya dengan melakukan manipulasi, menjanjikan santriwatinya bahwa rahimnya disucikan.

"Kelak santriwati tersebut dijanjikan akan melahirkan anak yang menjadi seorang wali," kata Joko.

Dari puluhan korban tersebut sebagian diantaranya sudah disetubuhi, sementara sebagian lainnya hanya di cabuli.

"Artinya yang dicabuli ini tidak mau untuk disetubuhi," kata Joko.

Joko mengatakan, setelah pihak Ponpes mendapatkan kabar tersebut, mereka melakukan klarifikasi kepada para korban. 

Para santriwati yang ditanya mengakui memang menjadi korban kekerasan seksual oleh pria paruh baya itu.

Dalih Penyucian Rahim

AF, seorang oknum pimpinan yayasan Ponpes Lombok Barat melakukan aksi bejatnya di sebuah ruangan pada malam hari. Modusnya, dia menjanjikan keberkahan rahim bagi santriwati, kelak mereka akan melahirkan anak yang akan menjadi seorang wali Allah.

Pihak ponpes telah melakukan klarifikasi terhadap para korban, dan sudah memberhentikan oknum tersebut sebagai pimpinan yayasan.

"Berita baiknya ponpes cukup koperatif, setelah mendapatkan informasi ponpes memberhentikan yang bersangkutan sebagai ketua yayasan," kata Joko.

Joko mengatakan pihak kepolisian sudah memeriksa beberapa orang saksi korban dan telah melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Dia mengatakan, pihaknya sedang fokus melakukan pemulihan psikologi korban. 

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved