Lombok Mendunia dan Pengelola Pariwisata Berwatak Lokal
Narasi tentang Lombok sebagai surga wisata menjadi paradoks ketika bertemu dengan kenyataan tentang lemahnya pengelola pariwisata.
Dengan demikian, transformasi sektor pariwisata di Lombok menuntut lebih dari sekadar pembangunan fisik atau promosi berskala besar. Ia memerlukan revolusi watak. Watak lokal yang selama ini dijadikan kebanggaan perlu dikaji ulang dalam konteks global. Apakah ia berkontribusi pada kemajuan atau justru menjadi hambatan. Watak lokal yang tidak adaptif terhadap perubahan global harus digantikan oleh etos kerja baru yang berpijak pada keterbukaan, profesionalisme, dan keberanian untuk menembus sekat-sekat lama.
Watak mendunia bukanlah produk dari pendidikan formal semata, melainkan hasil dari latihan imajinasi dan pembentukan kesadaran historis. Lombok tidak memerlukan lebih banyak slogan atau festival. Ia memerlukan manusia yang berpikir jauh ke depan, melampaui prosedur standar, dan bersedia membawa nilai lokal menuju panggung global dengan cara kerja yang bertanggung jawab.
Watak mendunia ini tidak mengingkari lokalitas, tetapi menempatkan lokalitas dalam posisi yang mampu bernegosiasi, berinovasi, dan bertransformasi. Ia melampaui batas-batas administratif, menggabungkan kreativitas dengan teknologi, serta memosisikan pariwisata sebagai sebuah ekosistem pelayanan yang berpusat pada pengalaman manusia. Tanpa visi semacam ini, kemajuan pariwisata Lombok akan terus-menerus terhambat oleh kelemahan institusional dan mentalitas manajerial yang tidak progresif.
Dengan demikian, tantangan utama pariwisata Lombok bukan lagi sekadar membangun infrastruktur fisik atau meningkatkan promosi internasional. Yang lebih krusial adalah membangun struktur imajinatif yang memungkinkan pelayanan pariwisata bertumbuh selaras dengan citra global yang telah lebih dahulu dimiliki oleh Lombok. Ini bukan hanya soal memperbaiki sistem bagasi, menambah petugas imigrasi, atau mempercepat proses bea cukai. Ini juga bukan semata-mata merombak total Dinas Pariwisata NTB. Ini adalah soal keberanian kolektif semua orang Lombok untuk melepaskan diri dari pola lama yang merugikan dan membentuk pola baru yang lebih cerdas mendunia, adaptif, dan manusiawi.
Lombok adalah ruang yang telah membuka dirinya kepada dunia. Maka sudah sepatutnya ia diurus oleh manusia yang memiliki kapasitas dan keberanian untuk berdiri setara dengan dunia. Sebab keindahan semata tidak cukup untuk menjamin kemajuan. Yang menentukan adalah siapa yang mengelola, dengan cara seperti apa, dan dengan watak seperti apa. Di sinilah letak pertaruhan masa depan pariwisata Lombok: pada keberanian untuk menumbuhkan manusia dengan imajinasi mendunia, yang sanggup membawa Lombok keluar dari jebakan kelokalan yang sempit menuju masa depan yang kosmopolit dan berdaya saing tinggi.
Rensing-Bonder, 21 April 2025.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.