Opini
OPINI: Transformasi Konflik Sosial di NTB
NTB bakal dipimpin oleh gubernur baru yang memiliki salah satu tanggung jawab untuk membereskan konflik yang telah terjadi
Bahkan kasus-kasus konflik sosial-agama di NTB memosisikan tokoh-tokoh adat atau agama tertentu sebagai pihak ketiga secara gegabah dan reaktif. Alih-alih dapat membereskan konflik, sebaliknya terjadi semacam spiral konflik yang disebabkan adanya pemikiran tertentu dari pihak ketiga yang berseberangan dengan salah satu pihak. Itu sebabnya, pihak-pihak yang terlibat dalam konflik acapkali di permukaan menerima perjanjian damai, tapi di belakang mereka terus memendam amarah. Amarah masyarakat semacam itu tak bisa diredam hanya lewat perjanjian-perjanjian di atas kertas.
Pada titik ini, pengelolaan konflik ke depan, mesti mengubah pendekatan yang awalnya menggunakan pendekatan instrumental menjadi pendekatan transformatif yang mendorong instensitas kontrol di tengah zona konflik dengan terlebih dahulu menelaahnya secara komprehensif. Dari sini sosiolog dapat berperan penting sebelum aktor yang memiliki otoritas dapat bekerja di tengah masyarakat. Dengan begitu otoritas aktor yang menangani konflik dapat berjalan seirngin dengan kapasitas pengetahuan yang dimiliki.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.