Pekerja IKN Banyak Diserang Penyakit Demam Berdarah, Dilema Upah Tak Sesuai Harapan
Muhibah hanya salah satu dari puluhan pekerja IKN yang terkena serangan DBD saat bekerja di proyek IKN. Penyakit ini disebabkan virus dengue.
Rata-rata yang terkena adalah para pekerja IKN yang dirawat di RSUD Sepaku dan relatif 3-5 hari dibutuhkan perawatan.
"Jadi yang ada di sini 93 orang di bulan Oktober ini mereka yang datang ke rumah sakit untuk memeriksa kesehatan.
Nah kalau dari bulan Januari itu memang ada itu 11 pasien, di Februari ada 5, Maret ada 1, di April itu ada 5 lagi, Mei itu ada 16, terus Juni itu terjadi peningkatan ada 40, di Juli itu ada 111 orang.
Puncaknya Agustus ada 170 pasien, bulan September 113 dan Oktober ini 93 orang,” paparnya.
Dari angka-angka itu, Muhammad Rumadi menilai terjadi peningkatan kasus di Agustus sekitar 170 orang yang terkena DBD.
“Namun di Oktober ini terjadi penurunan dari sebelumnya 170 sekarang 93 kasus DBD, itu memang ada dari masyarakat juga ada dari pekerja yang ada di IKN," jelasnya.
Pasien DBD yang datang ke RSUD Sepaku tersebut pun melakukan beberapa tahapan baik itu pengecekan kondisi suhu tubuh hingga pengecekan darah pada laboratorium.
"Kalau kita selama ini kita lihat dulu pasiennya, nanti dilakukan pemeriksaan laboratorium kalau keadaan positif ya, misalnya dalam keadaan lemah ya kita rawat, kalu memang misalkan ada perlu penambahan darah atau gimana otomatis bisanya kita rujuk," ujarnya.
Muhammad Rumadi mengatakan, pasien yang positif DBD diperiksa dengan fasilitas laboratorium. Ada alat pemeriksa juga yang namanya RTD Combo khusus untuk pemeriksaan DBD.
“Di situ ada ns one dan penunjang IGM dan IGG nya itu jadi ada fungsi yang satu itu apabila panas atau demamnya di bawah 4 hari dia akan terbaca di ns one, kalau lebih dari 4 hari yang di IGM atau IGG itu akan terbaca positif, itu ada garis dua, kalau satu berarti negatif," sambungnya.
Ia menambahkan RSUD Sepaku belum memiliki fasilitas yang cukup atau masih banyak kekurangan namun pihak tetap akan memisahkan para pasien yang yang dikategori dapat menular.
Penjelasan Dinkes Kalim
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur, dr. Jaya Mualimin juga membenarkan adanya tren peningkatan DBD di Kecamatan Sepaku, PPU.
Kendati demikian pihaknya mengapresiasi sebab Dinkes PPU telah melakukan penanganan dengan baik sehingga Case Fatality Rate (CFR) atau tingkat kematian karena DBD lebih rendah.
"Memang kasus terjangkit DBD meningkat. Tapi CFR-nya hanya 0,18 persen, di bawah 0,5 persen. Artinya penanganannya baik," kata dr. Jaya saat dikonfirmasi Tribunkaltim.co, Jumat (1/11/2024).
| Demo Memanas Usai Tragedi Ojol: Gubernur Sulsel Rangkul Massa, Dedi Mulyadi Nyaris Diserang |
|
|---|
| Kunci Jawaban Lengkap 60 Contoh Soal Tes Terstandar SPMB Jabar 2025 Jalur Prestasi SMA Terbaru! |
|
|---|
| Dewan Puji Diskon Pajak Gubernur NTB Lebih Bagus dari Pemprov Jawa Barat |
|
|---|
| SPMB Jabar 2025 untuk SMA SMK: Cek Kuota, Jadwal, Syarat, Tata Cara Daftar Link spmb.jabarprov.go.id |
|
|---|
| Daftra 11 Korban Tewas dalam Insiden Pemusnahan Bom Kadaluarsa di Cibalong |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.