Profil Abdul Malik Ketua DPRD Kota Mataram, Peternak Kambing yang Belajar Politik Secara 'Manual'
Abdul Malik Dia mengaku akan mengabdi untuk kepentingan masyarakat, apa yang menjadi aspirasi warga berusaha dia akomodir melalui kewenangan dewan.
Penulis: Robby Firmansyah | Editor: Sirtupillaili
Tetapi dia tidak langsung menjadi calon anggota legislatif, Abdul Malik mengawali karier politik sebagai seorang relawan. Dia keliling memasang alat peraga kampanye untuk Partai Golkar. "Saya jadi tukang pasang-pasang spanduk dulu, kita kerjakan kalau ada perintah," katanya.
Saat itu, dia belum berpikir akan menjadi seorang anggota legislatif. Dia justru aktif sebagai ketua remaja masjid. Kemudian aktif di Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Kota Mataram.
Saat aktif di AMPG itu-lah, dia akhirnya diajak ikut menjadi calon anggota legislatif (Caleg). Orang yang menawarkannya saat itu adalah H Mohan Roliskana, kini menjadi wali kota Mataram. Tapi Abdul Malik yang merasa masih awam, kala itu sempat berpikir ulang karena pasti tidak akan mudah melawan petahana.
"Tidak ada yang mudah dalam politik, orang perang (berkompetisi) semua," katanya.
Setelah berpikir matang dan mendapat restu sang bapak, Abdul Malik dengan segala risiko akhirnya memutuskan mendaftar melalui Partai Golkar. Dia pun tidak bisa mendapatkan nomor prioritas satu atau dua di partai. "Saya waktu itu dapat nomor urut lima, karena banyak senior waktu itu," katanya.
Abdul Malik pun pasrah, targetnya tidak terlalu muluk. Kalau menang akan disyukuri, kalau kalah pun tidak masalah. "Kebetulan juga di dapil saya (Cakranegara) itu ada Pak Sahram, anggota dewan dari PAN, juga masih saudara, berat juga," katanya.
Tidak disangka, nomor urut 5 membawa keberuntungan. Partai Golkar rupanya menjadi partai dengan nomor lima. "Teman-teman nongkrong saya juga suka ngopi dan kopinya kopi merek 55," kata Abdul Malik, tertawa.
Sehingga dia pun turun melakukan kampanye dan bertemu dengan banyak orang, keliling sendiri. Dia menemui tukang ojek dan warga yang duduk di pinggir jalan, dan mengajak mereka bicara.
"Saya waktu itu berinteraksi jamaq-jamaq (biasa-biasa) sama warga, mengalir saja," kata Abdul Malik.

Sebagai pendatang baru, dia tahu diri, pada periode pertamanya di Dapil Cakranegara lawannya tokoh-tokoh senior.
"Jadi saya dekati pemilih dipinggir-pinggir ini, karena tidak mungkin saya masuk ke kandang lawan waktu itu," katanya sembari tertawa mengenang perjuangannya.
Hasilnya, tak disangka-sangka, pada pemilihan 2014, dia berhasil memperoleh suara terbanyak kedua di bawah petahana kala itu, dan berhasil duduk di kursi empuk DPRD Kota Mataram.
Semenjak menjadi anggota dewan, Abdul Malik tidak mengubah pola interaksinya. Dia mengaku akan mengabdi untuk kepentingan masyarakat, apa yang menjadi aspirasi warga berusaha dia akomodir melalui kewenangan-kewenangannya.
"Jadi waktu periode kedua kemarin saya tidak terlalu berat, karena memang periode pertama kita betul-betul bekerja," jelasnya.
Meski demikian, Abdul Malik mengakui, dalam perjalanan sebagai wakil rakyat, ada saja masyarakat yang merasa kecewa karena tidak bisa memenuhi aspirasinya. "Semua itu saya catat dan berusaha saya perbaiki dengan cara lain," katanya.
Abdul Malik memiliki seorang istri yang bekerja sebagai guru di salah satu SLB di Kota Mataram, dia juga memiliki dua orang anak. Anak pertama perempuan dan sudah menyelesaikan pendidikan sarjananya, sementara anak kedua masih menempuh pendidikan tingkat tiga di Akademi Militer.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.