Lebaran Topat 2024

Mengenal Tradisi Lebaran Topat di Mataram dan Lombok Barat, Ziarah Makam hingga Begibung

Sebelum merayakan Lebaran Topat, warga biasanya melakukan puasa sunah Syawal sehari setelah Hari Raya Idulfitri.

Penulis: Robby Firmansyah | Editor: Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM/ROBBY FIRMANSYAH
Puluhan warga berebut ketupat agung saat perayaan Lebaran Topat di Pantai Loang Baloq, Kota Mataram, Rabu (17/4/2024). 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Robby Firmansyah

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Seminggu setelah perayaan Hari Raya Idulfitri 1445 Hijriah, masyarakat Suku Sasak di Pulau Lombok kembali merayakan lebaran yang biasa dikenal dengan tradisi Lebaran Topat.

Tradisi Lebaran Topat ini biasanya dirayakan secara besar-besaran oleh warga di wilayah Kota Mataram dan Lombok Barat.

Sebelum merayakan Lebaran Topat, warga biasanya melakukan puasa syawal sehari setelah Hari Raya Idulfitri. Setelah menunaikan puasa sunah Syawal ini, barulah warga merayakan kemenangan dalam tradisi lebaran topat.

Nama Lebaran Topat diambil dari ketupat yang menjadi hidangan khas untuk disajikan saat perayaan. Hidangan ketupat akan dimakan bersama-sama di lokasi perayaan.

Perayaan Lebaran Topat tentunya berbeda dengan lebaran Idulfitri yang diawali dengan melaksanakan salat Id. Lebaran ini diawali dengan melakukan zikir di berjamaah di masjid masing-masing.

Baca juga: Warga Sumbawa dan Lombok Timur Ramaikan Lebaran Topat di Pantai Loang Baloq Kota Mataram

Setelah itu, warga akan melakukan ziarah ke makam-makam keramat seperti makam wali Allah atau para ulama atau tuan guru yang menyebarkan agama Islam di Pulau Lombok.

Salah satu makam keramat yang menjadi tujuan ziarah saat lebaran topat yakni Makam Syekh Gauz Abdulrazak, di Kelurahan Tanjung Karang Kecamatan Sekarbela, Kota Mataram.

Makam yang letaknya di bawah pohon beringin besar tersebut akan ramai dikunjungi peziarah pada hari-hari tertentu, seperti saat perayaan Lebaran Topat saat ini.

Dari papan informasi yang terletak di pintu masuk makam, Syekh Gauz merupakan ulama yang berasal dari Timur Tengah yang memilih berdakwah di Indonesia, titik awal dakwah Syekh Gauz di Palembang kemudian dilanjutkan ke Pulau Lombok hingga akhir hayatnya.

Setelah ziarah makam, warga kemudian rekreasi ke tempat-tempat wisata di sekitar makam. Biasanya warga pelesiran bersama keluarga dalam satu rombongan. Mereka mengunjungi pantai lalu makan ketupat bersama atau disebut tradisi begibung.

Topat atau ketupat ini biasanya sudah mereka masak dari rumah masing-masing. Dihidangkan dengan kuliner khas Lombok seperti opor ayam atau serebuk urap.

Sejumlah warga sedang begibung ketupat atau tradisi makan bersama di pelataran Pantai Loang Baloq, dalam perayaan Lebaran Topat, Rabu (17/4/2024).
Sejumlah warga sedang begibung ketupat atau tradisi makan bersama di pelataran Pantai Loang Baloq, dalam perayaan Lebaran Topat, Rabu (17/4/2024). (TRIBUNLOMBOK.COM/ROBBY FIRMANSYAH)

Kepala Dinas Pariwisata Kota Mataram Cahaya Samudera mengatakan, Lebaran Topat di Makam Loang Baloq atau Syekh Gauz sudah berlangsung berpuluh-puluh tahun hingga akhirnya menjadi sebuah tradisi untuk menyambung silaturahmi.

"Ini sudah terjadi puluhan tahun yang lalu, sebagai cara untuk menyambung silaturahmi. Di sini ada ada budaya, religi yang kita harapkan bisa memberikan edukasi kepada masyarakat," kata Cahaya, Rabu (17/4/2024).

Sementara itu, warga memilih ziarah ke makam dengan harapan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT. Sekaligus sebagai bentuk penghargaan kepada para ulama yang telah berjuang menyebarkan agama Islam.

"Kita berharap mendapatkan berkah dari sini (Makam Syekh Gauz)," kata Riadah, warga Kelurahan Tanjung Karang, Kota Mataram.

Selain Riadah, warga Lombok Timur Rani juga setiap tahunnya datang ke Makam Loang Baloq untuk merayakan lebaran topat.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved