Berita Lombok Tengah

Mengenal Lebih Dekat Datok Faisal, Sosok di Mata Sang Anak dan Jejak Penyebaran Islam di Lombok

Berikut sosok TGH Lalu Muhammad Faisal pendiri pondok pesantren (Ponpes) Manhalul Ulum Al-Islamiyyah Praya, Ponpes tertua NU di Lombok Tengah.

Penulis: Sinto | Editor: Endra Kurniawan
TRIBUNLOMBOK.COM/SINTO
Anak Datok Faisal sekaligus pembina Ponpes Manhalul Ulum Praya Drs TGH Lalu Habiburrahman Faishal MM. 

Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Sinto

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - TGH Lalu Muhammad Faisal atau dikenal pula dengan nama Datok Faisal adalah pendiri pondok pesantren (Ponpes) Manhalul Ulum Al-Islamiyyah Praya, Ponpes tertua Nahdlatul Ulama (NU) di Lombok Tengah.

Datok Faisal adalah satu di antara sederetan ulama yang karismatik di Pulau Lombok. Datok Faishal dilahirkan di Praya pada tahun 1925 M, di tengah-tengah keluarga yang sangat konsisten menjalankan agama.

Ayahnya adalah TGH Abdul Al Hannan juga adalah sosok ulama yang begitu intens terhadap Islam. Hal ini tentu saja selanjutnya menjadi nilai tersendiri bagi perjalanan intelektual Datok Faishal terutama dalam pengembangan Islam di Pulau Lombok.

Baca juga: Jejak Islam di Masjid Lebai Sandar Ampenan, Simpan Benda Bersejarah hingga Sumur Tua

Anak Datok Faisal sekaligus pembina Ponpes Manhalul Ulum Praya, Drs TGH Lalu Habiburrahman Faishal MM menggambarkan bagaimana sosok Datok Faisal dan jejak perjuangannya mendakwahkan islam di Pulau Lombok.

Sebagai seorang ayah, TGH Lalu Habiburrahman merasakan sosok Datok Faisal sebagai seorang ayah yang humble, sangat konsisten terhadap pendiriannya dan sangat teguh memegang prinsip.

"Sehingga masalah mengenai hukum agama itu tidak bisa ditawar-tawar. Siapapun yang mengubah-ubah yang beliau yakini sebagai hukum agama itu Insya Allah tidak akan bisa tergoyahkan," jelas TGH Lalu Habiburrahman.

"Keteguhan prinsip Datok Faisal tersebut menjadi prinsip anak-anak muda generasi Datok Faisal yang dijadikan sebagai pegangan. Alhamdulillah kami semua selama berpegangan pada ajaran seperti itu Insya Allah kita tetap akan pada on the track dengan perjalanan mengikuti jejak beliau," sambung Wakil Rois syuriah PCNU Lombok Tengah ini.

TGH Habiburrahman Faisal mengatakan, Ponpes Manhalul Ulum sebagai jejak peninggalan didirikan oleh Datok Faisal pada tanggal 15 Mei 1956 Masehi.

Ponpes ini untuk menampung putra putri warga nahdliyin yang ingin sekali menempuh agama sehingga disiapkan ponpes yang berdiri di tanah sekitar 50 are ini.

Pihaknya bersyukur ponpes ini bisa berjalan seperti biasa dan melahirkan banyak para tokoh-tokoh agama dan tokoh intelektual khususnya di Lombok Tengah maupun di daerah lainnya.

Dikatakannya, Ponpes Manhalul Ulum ini tidak monolitik yang tidak hanya berada di satu tempat dan terpusat. Akan tetapi tetapi menyebar di banyak tempat.

"Alumni-alumni yang pernah menimba ilmu disini juga Alhamdulillah banyak yang sudah mendirikan yayasan, lembaga pendidikan dan mengelola majelis taklim dan lain sebagainya. Banyak tuan guru yang punya lembaga dan ponpes besar di daerah ini adalah murid-murid beliau yang pernah menimba ilmu pada beliau," jelas TGH Lalu Habiburrahman

Dikatakanya, ayahandanya buka pesantren pada awalnya pengajian biasa yaitu bentuknya halaqah seperti pesantren tradisional.

Dari yang awalnya halaqah, kemudian harus ikut dengan pemerintah sehingga menerapkan pemerintah kurikulum pemerintah.

Meskipun ada kurikulum pemerintah namun tetap berjalan kegiatan-kegiatan dil uar kurikulum pemerintah. Oleh karena itu, disamping ada madrasah terdapat pula diniyah, TK, takhasus dan kajian-kajian yang lain.

Kompleks pemakaman TGH Lalu Muhammad Faisal masih terletak dalam lingkungan Ponpes Manhalul Ulum Al- Islamiyyah Praya Lombok Tengah.

Baca juga: Profil Masjid Tertua di Bima, Jejak Islam dan Berubahnya Sistem Kerajaan Menjadi Kesultanan

TGH Lalu Habiburrahman menjelaskan, peziarah yang datang ke makam ayahandanya bukan hanya murid-murid Datok Faisal yang datang secara reguler.

Akan tetapi terdapat pula jemaah yang datang berziarah secara sendiri-sendiri pada pagi, siang, malam hari ataupun tengah malam. .
Bukan hanya tidak mengenal waktu, peziarah yang datang ke makan Datok Faisal juga berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

"Ada yang dulu pernah peziarah datang dari Banten, dari Sumatra, Bali dan lain sebagainya. Kita tidak tahu tujuannya apa tapi jelas mereka ingin berziarah nyekar ke makam. Ada juga beberapa hari sebelum puasa ada seorang kiai dari Jawa Timur yang datang pada malam hari," jelas TGH Lalu Habiburrahman.

TGH Lalu Habiburrahman mengaku tidak mengetahui apakah peziarah tersebut memiliki hubungan secara batin atau hubungan secara ruh.

Oleh karena itu, bukan hanya murid Datok Faisal saja yang datang berziarah namun juga dari berbagai daerah dari luar Pulau Lombok.

TGH Lalu Habiburrahman menjelaskan, banyak sekali peziarah datang ke makam Datok Faisal setiap bulan syawal hampir setiap hari dan setiap malam.

Oleh karena itu, pengurus Ponpes Manhalul Ulum Praya Lombok Tengah berinisiatif untuk mengumpulkan jemaah dan seluruh keluarga besar Manhalul Ulum Praya setiap tanggal 2 Syawal.

Baca juga: Masjid Kuno Karang Bayan, Jejak Penyebaran Islam di Pulau Lombok

"Tujuannya supaya tidak ada yang datang siang malam yang tanpa henti setiap malamnya. Supaya terkumpul satu tempat diisi dengan pengajian umum dan segala macam sehingga diputuskan setiap 2 Syawal diadakan di madrasah Manhal," jelasnya.

Pihaknya sangat bersyukur kegiatan ini berlangsung hingga sekarang dan tidak pernah berhenti terus hingga saat ini.

TGH Lalu Habiburrahman berharap agar para alumni, jemaah dan para simpatisan dan siapapun yang hatinya untuk berbuat lebih banyak lagi kepada ponpes sehingga tidak mengharapkan kemana-mana namun cukup dengan potensi yang dimiliki saat ini.

Dari warga nahdliyin sendiri diharapkan bisa berbuat dan bergerak secara bersama-sama karena besannya Manhal akan berpengaruh pada besarnya jemaah nahdliyin.

"Kalau Manhal ini hilang, rusak atau hancur maka otomatis citranya nahdlatul ulama di daerah ini juga akan rusak. Karena keduanya sama-sama penting dan tidak dipisahkan satu sama lain," pungkas TGH Lalu Habiburrahman.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved