Manfaat Pembangunan 3 SPAM Baru PDAM Lombok Tengah, Mampu Tambah Pelanggan hingga 20 Ribu

Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Sinto

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Pembangunan tiga Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) baru oleh PDAM Tirta Ardhia Rinjani Lombok Tengah dipastikan memberikan dampak signifikan terhadap kebutuhan air bersih warga.

Namun, pembangunan SPAM ini tentunya harus melalui kajian mendalam dan komprehensif karena membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Terdapat tiga SPAM yang akan dibangun yaitu satu SPAM Cerorong Danau Biru, satu SPAM Otak Pemasir, dan satu SPAM Lempanas.

Bambang Supratomo, Direktur PDAM Lombok Tengah memastikan, pihaknya memastikan akan terlebih dahulu mengkaji soal keuangannya.

Ia mengungkapkan, pengajuannya telah dilakukan ke PT Sarana Multi Infrastruktur yang merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak di bidang pembiayaan infrastruktur.

Baca juga: Realisasi Investasi pada Kuartal III Tahun Ini Menyerap 516.467 Tenaga Kerja

"Kita ajukan di angka Rp 130 miliar. Angka ini berdasarkan Detail Engineering Design atau DED adalah produk perencanaan (detail gambar kerja). Rencana anggaran biaya atau RAB menyatakan butuh sekitar Rp 130 miliar," jelas Bambang.

Pembangunan Tiga SPAM akan Jangkau Puluhan Kecamatan

Lebih lanjut Bambang mengungkapkan, pembangunan SPAM Cerorong Danau Biru akan menjangkau tiga kecamatan yaitu Kecamatan Pringgarata, Kecamatan Praya Barat dan Praya Barat Daya.

Jika nantinya terealisasi Cerorong Danau Biru maka sumber yang exsisting hari ini tidak kembali untuk empat kecamatan.

Artinya akan lebih optimal lagi untuk empat kecamatan yaitu Kecamatan Praya, Praya Tengah, Praya Barat, dan Praya Timur.

Sementara itu, SPAM Otak Pemasir menurut DED-nya adalah 50 ribu liter per detik.

Peruntukannya adalah untuk Zona Tengah mulai dari Batukliang, Praya, termasuk Kecamatan Kopang dan berbagai kecamatan lainnya.

SPAM Lempanas nantinya akan mengarah ke Praya Tengah, Kecamatan Pujut, dan lain sebagainya.

SPAM Lempanas ini sejatinya sudah ada namun setelah dibangun terjadi gempa Lombok tahun 2019 sehingga akhirnya tidak optimal distribusi air hingga saat ini.