NTB Kekurangan Dokter Spesialis Jantung, Persi: Idealnya Satu Dokter untuk 100 Ribu Orang

Sehingga Bayu berharap, kedepannya pemerintah bisa memberikan beasiswa kepada putra putri daerah untuk dokter spesialis jantung.

|
Penulis: Robby Firmansyah | Editor: Sirtupillaili
Capture YouTube Tribunnews
Penyakit jantung merupakan penyakit berbahaya bahkan merupakan penyebab kematian tertinggi di dunia. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Robby Firmansyah

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Jumlah dokter spesialis kardiovaskular seluruh rumah sakit di Nusa Tenggara Barat (NTB) saat ini hanya 17 orang.

Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (Persi) NTB dr Bayu Setia mengungkapkan, jumlah tersebut tentu masih kurang dengan jumlah penduduk NTB yang mencapai lima juta orang.

"Idealnya itu 100 ribu penduduk satu orang dokter jantung," kata Bayu, Kamis (28/9/2023).

Terutama di Kabupaten Lombok Timur dan Lombok Tengah yang memiliki jumlah penduduk terbanyak di NTB.

Sehingga Bayu berharap,  pemerintah bisa memberikan beasiswa kepada putra putri daerah untuk dokter spesialis jantung.

"Sebab sekolah spesialis jantung lumayan mahal, sehingga harapan kami pemerintah bisa menyekolahkan," jelas Bayu.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan NTB Lalu Hamzi Fikri mengatakan, penanganan kasus jantung di NTB saat ini sudah didukung dengan adanya cahtlab di beberapa rumah sakit di NTB.

"Kita bangun cahtlab ini untuk membatasi, adanya rujukan pasien jantung kita tidak dirujuk keluar," kata Fikri.

Adanya cahtlab tersebut, kata Fikri, harus didukung dengan Sumber Daya Manusia (SDM) dokter spesialis jantung.

Saat ini ada dua kabupaten yang ada di NTB belum memiliki dokter spesialis jantung, yakni Kabupaten Dompu dan Kabupaten Lombok Utara.

Untuk diketahui, penyakit jantung di NTB masuk kedalam lima besar dengan penderita terbanyak.

Bahkan penyumbang kematian nomor 1 di Indonesia bahkan dunia adalah penyakit jantung.

Beberapa penyebab penyakit jantung merambah kekalangan muda saat ini, karena pola hidup yang tidak sehat.

Terlalu banyak berdiam diri dengan bermain game online, banyak mengkonsumsi makanan cepat saji.

Konsumsi makanan cepat saji akan sulit dibatasi, jika tidak ada kesadaran dari masyarakat.

Sehingga Dikes NTB berharap, masyarakat punya kesadaran akan pentingnya kesehatan terutama jantung.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved