RSUD Provinsi NTB

Tim Medis NTB Med'X Harus Bergerak Cepat Saat Bertugas di MotoGP Mandalika

Dokter Eko mencontohkan saat MotoGP Mandalika 2022, ada pembalap top dunia yang crash atau mengalami kecelakaan di tengah sirkuit.

Penulis: Laelatunniam | Editor: Dion DB Putra
FOTO RSUD PROVINSI NTB
Tim medis NTB Med'X RSUD Provinsi NTB saat bertugas di gelaran MXGP Selaparang Mataram 1-2 Juli 2023. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Laelatunni'am

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM- Tim medis NTB Med'X RSUD Provinsi NTB yang bertugas saat MotoGP Mandalika 2022 menceritakan tantangan yang mereka hadapi.

Kepala Divisi Operasioanal NTB Med'X dr. Eko Widya Nugroho, Sp. EM mengatakan tim medis yang bertugas harus siap menghadapi segala kejadian dan menangani secara cepat dan tepat.

Baca juga: Pegawai RSUD Provinsi NTB Ikut Seminar Automotive dan Cicil Emas Guna Siapkan Tabungan Hari Tua

"Kita harus bisa menangani dengan baik apapun kejadiannya," kata dokter Eko di studio TribunLombok.com belum lama inio.

Dokter Eko mencontohkan saat MotoGP Mandalika 2022, ada pembalap top dunia yang crash atau mengalami kecelakaan di tengah sirkuit.

Petugas medis berpacu dengan waktu untuk mengamankan pembalap tersebut.

"Ketika ada rider (pembalap) yang crash, kita harus bisa mengeluarkan rider tersebut di bawah 2 menit sampai bersih, sampai tersembunyi di belakang tembok," urainya.

Tim medis NTB Med'X  RSUD Provinsi NTB  saat bertugas di gelaran MXGP Selaparang Mataram 1-2 Juli 2023.
Tim medis NTB Med'X RSUD Provinsi NTB saat bertugas di gelaran MXGP Selaparang Mataram 1-2 Juli 2023. (FOTO RSUD PROVINSI NTB)

Kecepatan tim medis dalam menangani pembalap sangat penting dan berpengaruh terhadap jalannya balapan MotoGP di Sirkuit Mandalika.

"Bayangkan satu lap atau putaran itu kurang lebih catatannya 1 menit 39 detik, kalau tim medis geraknya pelan itu sangat berisiko, bisa jadi kena tabrak pembalap yang melintas," kata Dokter Eko.

Oleh sebab itu kecepatan dalam penanganan sebuah keharusan.

Dikatakannya, menjadi tim medis di event motorsport memiliki risiko sangat tinggi.

Pertama, adanya kemungkinan tertabrak oleh pembalap saat mengamankan rider yang crash.

Kedua, menurut dokter Mohammad Rakhmad Abadi, Sp. KO yang juga tim medis NTB Med'X, mengeluarkan keputusan rider boleh melanjutkan balapan atau tidak juga termasuk hal cukup berat.

"Di sisi lain rider ingin sekali melanjutkan balapan, namun hasil pemeriksaan medis belum bisa melanjutkan balapan. Di situ tim medis harus benar-benar memastikan apakah rider tersebut dapat kembali balapan atau tidak, " tambah dokter Rakhmad Abadi.

Intinya keputusan pembalap boleh melanjutkan balapan atau tidak mengacu pada hasil pemeriksaan tim medis.

"Meskipun sudah diizinkan sama siapa pun itu, selama medical nggak boleh lanjut, maka tetap rider tersebut tidak akan balapan dan keputusan itu ada di medis," ujarnya.

Pentingnya medis saat gelaran MotoGP sehingga muncul tagline No Medical No Race. (*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved