Pilpres 2024

5 Alasan Mengapa PDIP Bisa Memilih TGB Jadi Cawapres untuk Ganjar Pranowo

Menurut Bayu, setidaknya ada 5 alasan mengapa PDIP mungkin atau cenderung menjatuhkan pilihan kepada TGB HM Zainul Majdi.

Penulis: Robby Firmansyah | Editor: Sirtupillaili
Sahabat TGB
Ketua Harian DPP Partai Perindo TGB HM Zainul Majdi (kanan) menemani Capres dari PDIP Ganjar Pranowo (kiri) saat menemui pendukung di Lapangan Selong, Lombok Timur, Minggu (18/6/2023). 

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Persaingan di bursa kandidat calon wakil presiden (Cawapres) untuk Ganjar Pranowo masih terbuka lebar.

Ke-10 nama yang sedang digodok PDIP untuk cawapres Ganjar Pranowo punya peluang sama, termasuk Tuan Guru Bajang atau TGB HM Zainul Majdi.

TGB menjadi satu-satunya tokoh dari Nusa Tenggara Barat (NTB) yang kini bersaing untuk posisi cawapres.

Apakah TGB akan benar-benar terpilih menjadi cawapres Ganjar Pranowo atau tidak?

Menurut Direktur Makara Riset dan Strategi Bayu Satria Utama, mengenai kemungkinan TGB menjadi pilihan mendampingi Ganjar di Pilpres 2024, hal itu masih menjadi sebuah misteri, karena waktu masih berjalan.

"Ketika waktu masih berjalan, proses negosiasi dan proses lobi-lobi masih dilakukan para elite saat ini. Sehingga nama-nama yang memiliki potensi untuk mendampingi Ganjar Pranowo masih didiskusikan," kata Bayu, pada TribunLombok.com, Senin (10/7/2023).

Baca juga: Kelebihan TGB dan Sandiaga, Dua Kandidat Cawapres Ganjar Pranowo

 

Untuk memprediksi siapa tokoh yang akan dipilih, kata Bayu, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, terutama bagaimana karakteristik PDIP dalam memilih kandidat calon selama ini.

Karakteristik bisa dijadikan acuan untuk menebak siapa tokoh yang dipilih di Pilpres 2024.

"Untuk tahun ini, bagi saya, setidaknya poin-poin tersebut masih terlihat. Sehingga dukungan terhadap TGB menjadi calon mendampingi Ganjar Pranowo masih terbuka," katanya.

Menurut Bayu, setidaknya ada 5 alasan mengapa PDIP mungkin atau cenderung menjatuhkan pilihan kepada TGB.

Pengamat Politik sekaligus Direktur Makara Riset dan Strategis, Bayu Satria Utama.
Pengamat Politik sekaligus Direktur Makara Riset dan Strategis, Bayu Satria Utama. (TRIBUNLOMBOK.COM)

Pertama, jika melihat beberapa tahun ke belakangan, PDIP memiliki karakter dan tradisi, memilih capres dan cawapres harus seimbang muatan ideologisnya.

Pada pemilihan tahun 2004 dan 2019 yang lalu, karakter ini terlihat jelas ketika PDIP memilih aktor yang memiliki basis keutamatan kuat di masyarakat.

Pada Pilpres tahun 2004, Kiai Haji Ahmad Hasyim Muzadi dipilih sebagai calon wakil presiden untuk Megawati Soekarno Putri.

Sedangkan di tahun 2019, PDIP menentukan pilihannya pada KH Makruf Amin sebagai wakil Presiden Jokowi.

Halaman
123
Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved