Berita Bima

PVMBG Ungkap Penyebab Fenomena Tanah Retak di Muku Bima: Sesar, Aktivitas Tambang, dan Gempa

Penyebab dan pemicu retakan Dusun Muku, Desa Sanolo, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima adalah karena keberadaan sesar normal

Penulis: Atina | Editor: Wahyu Widiyantoro
ISTIMEWA
Proses penelitian tim PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM mengenai fenomena tanah retak di Dusun Muku, Desa Sanolo, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Atina

TRIBUNLOMBOK.COM, BIMA - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Bandung menemukan penyebab fenomena retakan tanah di Dusun Muku, Desa Sanolo, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima.

Penemuan ini disimpulkan, setelah tim PVMBG yang terdiri dari 4 orang tersebut meneliti sejak 9 Juni 2023.

Kabag Prokopim Setda Kabupaten Bima, Suryadin menyebutkan, tim menyebutkan ada sejumlah penyebab dari fenomena retakan tanah.

Tim menyimpulkan, penyebab dan pemicu retakan adalah karena keberadaan sesar normal di dekat lokasi.

Baca juga: 4 Hari Teliti Fenomena Tanah Retak di Bima, Tim PVMBG Sampaikan Hasilnya Besok

Juga akibat pengaruh gempa berkekuatan 5.6 SR yang terjadi pada 2 April 2023 lalu.

Penyebab lainnya menurut tim, karena adanya endapan (sedimen) lunak di bawah permukaan (>30 m).

Serta pemotongan lereng akibat aktivitas manusia, sehingga menyebabkan lereng kehilangan kekuatan (resistance force).

Untuk diketahui, di sekitar lokasi terdapat aktivitas penambangan galian c, sehingga sejak awal ini sudah diduga menjadi penyebab dan warga menuntut agar dihentikan.

Terkait fenomena tersebut, Tim PVMBG merekomendasikan beberapa hal yang harus ditindaklanjuti.

Yaitu, pengurangan sedimen bulging (area yang mengalami kenaikan akibat tekanan dari atas sehingga terlihat seperti bukit baru) untuk mengurangi potensi longsoran bulging ke pemukiman.

Kemudian perluasan area terdampak/ potensi bahaya (kluster ring bahaya), serta relokasi pemukiman paling terdampak (Rusak Berat).

Rapat teknis juga merekomendasikan pengurangan beban volume tumpukan material, yang membentuk bukit kecil (nendatan) yang terangkat di area ujung utara.

Juga penghentian aktivitas penambangan, mengingat kondisi lereng yang tidak stabil.

"Dalam jangka pendek harus diupayakan air tidak masuk ke dalam lokasi zona gerakan tanah (mahkota), pembuatan sodetan atau saluran drainase di area bulging agar tidak terjadi penjenuhan dan pembuatan kolam pada area yang bulging/naik," beber Suryadin.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved