Tanah Retak di Bima
Ahli Geologi Duga Ada Zona Lemah Sesar di Lokasi Retakan Tanah di Bima
Ketua Pengurus Daerah Ikatan Ahli Geologi Indonesia NTB Kusnadi mengungkap litologi di sekitar lokasi berupa tufa hasil vulkanik.
Penulis: Wahyu Widiyantoro | Editor: Robbyan Abel Ramdhon
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Fenomena retakan tanah di Dusun Muku, Desa Sanolo, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat berkaitan dengan kondisi struktur tanah dan batuan di bawahnya.
Ketua Pengurus Daerah Ikatan Ahli Geologi Indonesia NTB Kusnadi mengungkap litologi di sekitar lokasi berupa tufa hasil vulkanik.
Di beberapa tempat diterobos oleh intrusi andesit dalam bentuk dike dan sill. Dijumpai juga basal yang menunjukkan struktur aliran.
"Sepertinya ada zona lemah berupa sesar di sekitar lokasi sehingga ketika diubah rona morfologinya tanah menjadi tidak stabil," ucapnya menjawab TribunLombok.com, Jumat (2/6/2023).
Baca juga: Retakan Tanah di Sanolo Kabupaten Bima Diduga Akibat Patahan Lempeng Bumi
"Apalagi ditambah dengan pembebanan oleh rumah dan aktivitas alat berat menambah ketidakstabilan lereng," jelas Penyelidik Bumi pada Dinas ESDM Provinsi NTB ini.
Kusnadi belum bisa memastikan mengenai penyebab retakan tanah di Desa Sanolo tersebut.
Menurutnya, perlu ada kajian khusus pada lokasi sekitar mengenai kondisi struktur tanah dan batuannya.
Termasuk rekomendasi tentang pedoman mendirikan bangunan di lokasi dimaksud.
Baca juga: Fenomena Retakan Tanah di Bima sampai ke Desa Kaowa Lambitu
"Harus dilakukan kajian dulu pada lokasi sekitar berapa radius lokasi yang tidak stabil dan apabila dapat dilakukan rekayasa bangunan," jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, fenomena retakan tanah terjadi di Dusun Muku, Desa Sanolo, Kecamatan Bolo, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat.
Retakan tanah ini terjadi sejak 20 Mei 2023 dan sampai ini terus berlangsung hingga menimbulkan kekhawatiran warga.
Kepala Desa Sanolo, Usman H Ahmad kepada TribunLombok.com mengungkap, warga di Dusun Muku merasakan getaran saat tanah retak.
Jarak pemukiman warga dengan retakan utama yang terletak di pegunungan sekira 1 kilometer.
Namun karena retakan terjadi pada malam hari, sehingga getaran bisa dirasakan dengan jelas oleh warga.
Pihaknya sudah melapor ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bima terkait fenomena retakan tanah tersebut.

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.