Pilkada 2024

Posisi Tawar Suhaili di Pilgub NTB 2024 Disebut Melemah karena Dinamika Internal Bodak

Posisi tawar mantan bupati Lombok Tengah TGH Suhaili disebut bisa melemah karena TGH Fadli Fadil Thohir sebagai patron politik pindah ke NasDem.

Penulis: Lalu Helmi | Editor: Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM/LALU HELMI
Kolase foto TGH Fadli Fadil Thohir (kiri) dengan Suhaili (kanan) 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Lalu Helmi

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Dinamika internal di tubuh elite politik Bodak belakangan semakin menguat.

TGH Fadli Fadil Thohir sebagai patron politik dan sokoguru yang selama ini menguatkan Bodak baik dari sisi politik dan keagamaan telah keluar dari Partai Golkar.

Ia secara terang-terangan memilih bergabung dengan Partai NasDem dan mendukung Anies Baswedan di Pilpres 2024.

Di sisi lain, mantan Bupati Lombok Tengah dua periode Suhaili yang merupakan adik kandung TGH Fadli tetap memilih bertahan di Partai Golkar.

Sikap Suhaili tersebut juga diikuti sejumlah tokoh politik Bodak seperti H Achmad Fuaadi hingga Humaidi.

Pengamat politik jebolan UIN Syarif Hidayatullah Dr Ihsan Hamid menilai, dua afiliasi politik yang saat ini ada di internal Bodak bisa melemahkan posisi tawar Suhaili dalam konstelasi Pilgub NTB 2024.

Baca juga: Pilgub NTB 2024: PKS Sebut Survei Zul-Rohmi Selalu Tempati Posisi Teratas Dibanding yang Lain

Padahal, nama Suhaili santer dielu-elukan sejumlah pihak untuk bertarung di Pilgub NTB 2024 menantang petahana.

"Saya kira sebagai suatu kesatuan suara di gerbong Bodak, dinamika ini tentu akan melemahkan posisi tawar Suhaili ke depan. Karena apa, masyarakat itu tentu punya kecenderungan untuk melihat siapa yang sejauh ini dijadikan pijakan dalam arahan politik, fatwa politik di Bodak," kata Ihsan Hamid saat dikonfirmasi pada Senin (13/3/2023).

Akademisi UIN Mataram itu memaparkan, selalu ada tokoh kultural maupun struktural yang punya pengaruh dominan dalam satu kelomlok.

Di lain sisi, ada yang sifatnya pengikut (follower).

Ia memberi contoh apa yang terjadi di Pancor atau NWDI. Sejauh apapun Syamsul Luthfi bermanuver, tidak akan bisa menggerus pengaruh TGB.

Model yang sama terjadi di Bodak. Sekuat apapun manuver Suhaili tidak akan pernah bisa mengalahkan pengaruh TGH Fadli.

Secara kultural, kata Ihsan Hamid, TGH Fadli merupakan simbol, patron politik utama di Bodak.

Artinya lokomotif elektoral di Bodak dipegang oleh TGH Fadli, yang punya jemaah.

"Kalau itu yang kemudian dilawan, seharusnya Suhaili, saya kira ini akan menjadi kerugian di dalam gerbong Bodak secara keseluruhan, sangat kita sayangkan. Di saat yang sama, kondisi dan posisi politik ini belum ada yang jelas," terangnya.

Doktor Ilmu Politik itu berpandangan, apapun agenda politik ke depan, baik pilpres, maupun pilkada, kalau kondisi itu (perpecahan, red) terjadi, pihaknya mengira akan menjadi peringatan bagi gerbong Bodak secara keseluruhan.

Hal itu lantaran Bodak selama ini dibaca menjadi satu poros kekuatan.

Bodak akan terbaca menjadi poros yang kuat ketika semua elite politik di dalamnya dapat satu suara, solid.

"Kondisi ini secara spesifik akan sangat melemahkan posisi Suhaili sebagai figur politik yang selalu tampil di papan atas di panggung terdepan, yang sering di-endorse TGH Fadli," terangnya.

Baca juga: Politisi Senior Golkar NTB TGH Fadli Bodak Hijrah ke Partai NasDem di Hadapan Anies Baswedan

Pemasangan jaket partai NasDem kepada TGH Fadli Fadil Thohir di hadapan Anies Baswedan pada Senin (30/1/2023).
Pemasangan jaket partai NasDem kepada TGH Fadli Fadil Thohir di hadapan Anies Baswedan pada Senin (30/1/2023). (TRIBUNLOMBOK.COM/LALU HELMI)

Ihsan Hamid menegaskan, kondisi ini bisa menjadi batu sandungan bagi langkah politik Suhaili.

"Kenapa? Karena tadi, Suhaili ini kan merupakan lokomotif yang sering dibesarkan oleh TGH Fadli. Jadi TGH Fadli yang memegang komando kultural dari jamaah Bodak. Kalaupun ada pengaruh Suhaili di jemaah, tentu tidak akan se-signifikan pengaruh TGH Fadli," paparnya.

Dinamika ini, kata Ihsan Hamid seharusnya tidak perlu terjadi terutama di tengah belum jelasnya peta atau komposisi politik menuju 2024.

Apalagi di saat yang sama hingga saat ini, belum ada jaminan apapun yang diberikan kepada Suhaili, termasuk oleh Partai Golkar.

"Jika Suhaili tetap di Golkar, belum ada jaminan juga akan mendapat karpet merah dari Golkar, terutama dalam konteks Pilgub NTB 2024," jelasnya.

"Terlalu banyak energi yang harus dibuang jika belum ngapa-ngapain dalam kontestasi politik ini sudah kemudian perseteruan itu mengemuka. Apa susahnya kalau menurut saya agar energi itu disimpan untuk membuat gebrakan dan tawaran khususnya dalam konteks pilkada," sambungnya.

Hal itu dilihatnya jauh lebih strategis. Maka syaratnya kondisi internal di Bodak harus solid sebagaimana sebelumnya.

Pun kalau ada riak-riak, sebelum terlalu jauh menggelinding sebaiknya segera dikonsolidasi ulang komunikasi yang terhambat, duduk bersama.

Kemudian kedua, Ihsan Hamid menuturkan Suhaili tidak boleh terlalu menunjukkan ego personal. Terlepas dari apapun persoalan, hal itu tentu bisa dikomunikasikan.

Lebih jauh, pihaknya malah mengira ada pihak ketiga yang berusaha mengambil momentum dalam terwujudnya dinamika ini.

"Sengaja menggesek dan membaca peluang. Karena itu tadi, Bodak ini kan dibaca sebagai suatu kekuatan yang punya jamaah. Kalau tidak solid maka akan dapat menguntungkan kelompok tertentu yang tidak menghendaki konsolidasi utuh," terangnya.

"Pihak ketiga ini kita tidak menuduh siapapun ya, tetapi sepertinya ada yang punya kepentingan dan menari di sini. Yang tidak ingin melihat harmonisnya hubungan antara TGH Fadli, baik dengan Suhaili, Fuaddi, maupun Humaidi. TGH Fadli, tidak boleh dijadikan common enemy dari siapapun di Bodak," imbuhnya.

Terakhir, dinamika yang ada dilihat Ihsan Hamid hanya akan bermuara pada kebingungan jamaah di akar rumput.

Dikatakannya, TGH Fadli dan Suhaili sejatinya saling melengkapi. Kalau ada pihak ketiga yang membuat konflik itu terus mengemuka, maka perlu ada pihak ketiga yang membuatnya bersatu.

"Sejauh ini, kerugian saja yang saya lihat jika terus bersilang-pendapat. Bargaining itu tidak akan lahir momentumnya jika hal ini terus berlanjut. Harus segera dikonsolidasi ulang. Suhaili tidak boleh berpikir pendek," paparnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved