Waspada Berita Bohong Rekrutmen PPPK, Berikut Cara Mengenali Hoaks di Dunia Maya
Data menunjukkan, jumlah kasus hoaks yang ditangani Kementerian Komunikasi dan Informatika RI tidak kurang 9.546 hoaks.
Penulis: Sirtupillaili | Editor: Dion DB Putra
”Tapi teman-teman (honorer) sangat cepat terpengaruh info hoaks, karena kepastian (status) itu menjadi harapan semua teman-teman ya,” katanya.
Dalam seleksi PPPK tahun ini beberapa tenaga teknis tidak masuk dalam kriteria untuk ikut seleksi, seperti sopir dan tenaga keamanan. Mereka juga berharap pemerintah segera memberikan kejelasan status.
Dalam kondisi seperti itu, kata Adriyan, informasi hoaks sangat mempengaruhi psikologi mereka.
Belajar dari pengalaman banyaknya informasi hoaks tersebut, para tenaga kontrak sekarang lebih selektif menerima informasi yang tidak jelas sumbernya.
”Informasi ini cukup beragam dan ada pihak-pihak yang sangaja membuatnya, karena itu saya sarankan ke teman-teman untuk memilah informasi, tidak serta merta mempercayai sumber beritanya tidak jelas,” imbuhnya.
Hal senada diungkapkan Aluh Nur Shofia FH Amd.Bid, tenaga kontrak lainnya di Provinsi NTB.
Aluh mengimbau kepada seluruh tenaga kontrak pemerintahan di seluruh Indonesia untuk tidak mudah mempercayai hoaks terkait PPPK.
”Apalagi sampai percaya dengan orang yang memberi iming-iming, dengan nyetor sekian (rupiah) terus lulus, itu bohong,” tegasnya.
Aluh mengajak semua rekan-rekan tenaga kontrak di pemerintahan untuk fokus bekerja menjalankan tugas masing-masing.
Cara Mengenali Berita Hoaks

Dikutip dari www.kominfo.go.id, berikuti ini lima cara mudah untuk mengenali berita hoaks di dunia maya.
1. Hati-hati dengan judul provokatif
Berita hoax seringkali menggunakan judul sensasional dan provokatif. Kontennya bisa diambil dari berita media resmi, hanya saja diubah-ubah agar menimbulkan persepsi sesuai yang dikehendaki sang pembuat hoaks.
Apabila menemukan berita dengan judul provokatif, sebaiknya cari referensi berita serupa dari situs online resmi, kemudian bandingkan isinya, apakah sama atau berbeda.
2. Cermati alamat situs
Untuk informasi yang diperoleh dari website, cermatilah alamat URL situs dimaksud. Apabila berasal dari situs yang belum terverifikasi sebagai institusi pers resmi. Misalnya menggunakan domain blog, maka informasinya bisa dibilang meragukan.
3. Cek fakta
Perhatikan dari mana berita berasal dan siapa sumbernya? Apakah dari institusi resmi seperti KPK atau Polri?.
Sebaiknya jangan cepat percaya apabila informasi berasal dari pegiat ormas, tokoh politik, atau pengamat.
Perhatikan keberimbangan sumber berita. Jika hanya ada satu sumber, pembaca tidak bisa mendapatkan gambaran yang utuh.
4. Cek keaslian foto
Di era digital saat ini, bukan hanya konten berupa teks yang bisa dimanipulasi, tapi juga konten lain berupa foto atau video.
Ada kalanya pembuat berita palsu juga mengedit foto untuk memprovokasi pembaca.
Cara untuk mengecek keaslian foto bisa dengan memanfaatkan mesin pencari Google, yakni dengan melakukan drag-and-drop ke kolom pencarian Google Images.
Hasil pencarian akan menyajikan gambar-gambar serupa yang terdapat di internet sehingga bisa dibandingkan.
5. Ikut serta grup diskusi anti hoaks
Di Facebook terdapat sejumlah fanpage dan grup diskusi anti hoax, misalnya Forum Anti Fitnah, Hasut, dan Hoax (FAFHH), Fanpage & Group Indonesian Hoax Buster, Fanpage Indonesian Hoaxes, dan Grup Sekoci.
Bisa juga dengan memanfaatkan kominitas dengan membuat grup WhatsApp untuk mengecek setiap informasi yang diterima. (*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.