Tim Ekspedisi Mistis NTB dan Lembaga Kajian Sosial Mi6 Dorong Pemda Wujudkan Museum Arkeologi Sasak

Sepanjang akhir pekan ini, Rachmat bersama Tim Ekspedisi Mistis PDIP NTB dan Mi6 menggelar kunjungan khusus ke Museum Trowulan, di Mojokerto.

Penulis: Lalu Helmi | Editor: Maria Sorenada Garudea Prabawati
Istimewa
Kunjungan Tim Ekspedisi Mistis NTB dan Mi6 saat mengunjungi Museum Trowulan Majapahit .       

Apalagi, setelah hampir enam bulan Tim Ekspedisi Mistis bergerak melakukan hunting penelusuran sejarah leluhur, tak bisa ditampik telah memberikan perspektif sosiologis maupun kultural  di balik kisah folklore yang tergali maupun bukti artefak yang ditemukan.

“Keterbatasan resources dan sumber daya yang dimiliki Tim Ekspedisi Mistis menjadikan pentingnya partisipasi yang begitu besar dari para pemangku kepentingan untuk bisa mewujudkan keberadaan museum arkeologi ini,” kata pengusaha muda dari Lombok Timur ini.

Kunjungan ke Museum Trowulan juga memberi gambaran, bagaimana sebuah museum arkologi dikelola dan bagaimana koleksi-koleksinya dilengkapi.

Amrullah menegaskan, koleksi yang kini ada di Museum Trowulan banyak juga yang berasal dari masyarakat.

Mengingat, bukti-bukti artefak yang ada di museum tersebut tidak melulu berasal dari penelitian, penggalian, dan konservasi.

Namun ada pula yang tidak ditemukan dengan tidak sengaja oleh masyarakat atau kelompok masyarakat.

“Dalam hal ini, edukasi untuk mendorong paritisipasi masyarakat juga tentu menjadi sangat penting,” imbuh Amrullah.

Terkait tentang partisipasi masyarakat dan publik tersebut, Direktur Mi6 Bambang Mei Finarwanto mengatakan, partisipasi masyarakat tersebut di Museum Trowulan tidak hanya mewujud dalam menyerahkan bukti-bukti arkelogi yang mereka miliki.

Namun juga dalam partisipasi lain yakni dalam bentuk visualisasi sejarah peradaban masa lampau di lingkungan tempat tinggal mereka.

Mantan Eksekutif Daerah WALHI NTB dua periode yang karib disapa Didu ini menjelaskan, Museum Trowulan berada di tengah-tengah Situs Trowulan, yang diyakini merupakan pusat kerajaan Majapahit di masa lampau.

Kini, masyarakat yang bermukim di dalam kawasan ini, dengan sepenuh hati membangun gapura dan tembok-tembok, dan dinding rumah mereka, menyerupai kemegahan perumahan masyarakat Kota Raja Majapahit pada masa kejayaannya.

“Gapura, tembok-tembok rumah milik masyarakat di dalam Situs Trowulan ini rata-rata dibangun dengan susunan bata merah. Seperti halnya rumah-rumah warga Kota Raja Majapahit yang mengalami masa kejayaan pada tahun 1350 hingga 1389 Masehi,” kata Didu.

Alhasil, kata dia melanjutkan, keberadaan gapura, tembok-tembok, dan dinding rumah milik warga tersebut telah menjadi atraksi tersendiri bagi para pengunjung Museum Trowulan.

Sehingga mereka yang berkunjung ke museum pengetahuannya akan dilengkapi dengan secara tidak langsung mendapatkan aura kehidupan masyarakat Majapahit di masa lampau.

“Dengan partisipasi masyarakat seperti ini maka museum arkeologi akan jauh dari kesan kuno, membosankan, apalagi menjadi tempat angker. Justru sebaliknya, museum arkeologi akan menjadi pusat ilmu pengetahuan yang komplet bagi generasi masa kini,” imbuh Didu.

Halaman
123
Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved