Nahdlatul Wathan

Sejarah Nahdlatul Wathan, Berdirinya NWDI dan NBDI di Pulau Seribu Masjid

Sebelum mendirikan organisasi Nahdlatul Wathan, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid merintis perjuangan dengan mendirikan NWDI dan NBDI.

Editor: Sirtupillaili
Dok.NW
Potret para santri NWDI pada masa awal-awal TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan NWDI dan NBDI sebagai basis perjuangan dalam menyebarkan ajaran Islam di Lombok. 

Nahdlatu Wathan Diniah Islamiyah (NWDI) dan Nahdlatul Banat Diniah Islamiyah (NBDI) merupakan lembaga pendidikan yang didirikan untuk meningkatkan pendidikan umat Islam.

Juga dalam rangka menyebarkan dan pengembangan ajaran Islam di Lombok.

Hal ini diharapkan mampu mengurangi kebodohan dan keterbelakangan yang melanda sebagian besar kaum muda Sasak.

Sejarah pendirian NWDI dan NBDI penuh lika liku.

Kala itu, di tengah kuatnya tekanan pemerintah kolonial, madrasah digunakan untuk menumbuhkembangkan jiwa dan semangat perjuangan.

Serta sikap patriotisme dan pantang mundur menghadapi perlakuan pemerintah kolonial.

Karena itu, keberadaan madrasah NWDI dan NBDI yang didirikan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid kerap dipersoalkan pemerinah kolonial Belanda maupun Jepang.

Bahkan dua madrasah tersebut sempat ditutup di masa penjajahan Jepang.

Kolonial Jepang menilai pelajaran bahasa Arab dan bahasa Inggris di madrasah NWDI dapat menjadi kunci untuk mengetahui kelemahan pihak kolonial.

Selain itu, Jepang juga menganggap madrasah dijadikan tempat menyusun strategi dan taktik melawan kolonial.

Sehingga Jepang meminta pelajaran kedua bahasa tersebut dihapuskan, dan melakukan pengawasan yang ketat di madrasah.

Tapi TGKH Muhammad Zainuddin menolak.

Ia tetap mempertahankan pelajaran bahasa Arab dan Inggris dengan asalan bahasa Arab adalah bahas Alquran, dan bahasa Inggris sebagai bahasa dunia.

Madrasah juga dijadikan tempat mendidik calon penghulu dan imam yang berfungsi mengurus peribadatan dan perkawinan umat Islam.

Mendengar penjelasan itu, pemerintah kolonial Jepang mengirim laporan ke atasannya di Singaraja Bali.

Tidak lama kemudian, terbit surat keputusan bahwa NWDI diberikan tetap buka dengan syarat nama madrasah diubah menjadi sekolah penghulu dan imam.

(*)

Tulisan ini merupakan karya Ruhul Qudus, mahasiswa IAIH NW Lombok Timur

==

Perbarui terus informasi Anda dengan membaca situs TribunLombok.com dengan bergabung di Telegram TribunLombok.com

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved