Nahdlatul Wathan
Profil Pendiri Nahdlatul Wathan, Nama Kecil dan Pendidikan TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid
Maulana Syaikh Tuan Guru Kyai Haji atau TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid merupakan pendiri organisasi Nahdlatul Wathan atau NW.
Karena merasa tidak bekembang dan tidak cocok mengaji di sana.
Kebetulan pada saat tersebut terjadi perang saudara, antara penguasa Syarif Husain dan golongan Wahabi.
Dua tahun setelah terjadinya huru hara tersebut, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid muda berkenalan dengan seseorang yang bernama H Mawardi dari Jakarta.
Dari perkenalannya itu beliau diajak untuk belajar di madrasah al-Shaulatiyah, yang saat itu dipimpin oleh Syaikh Salim Rahmatullah.
Madrasah al-Shaulatiyah adalah madrasah pertama sebagai permulaan sejarah baru dalam pendidikan di Arab Saudi.
Setiap thullab yang masuk di Madrasah Al-Shaulatiyah harus mengikuti tes masuk.
Hal itu untuk menentukan kelas yang cocok bagi thullab.
Demikian pula dengan TGKH Muhammad Zainuddin Madjid, juga dites terlebih dahulu.
Secara kebetulan diuji langsung oleh Direktur al-Shaulatiyah sendiri, Syaikh Salim Rahmatullah dan Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath.
Hasil test menentukan di kelas 3, mendengar keputusan itu, TGKH Muhammad Zainuddin minta diperkenankan masuk kelas 2 dengan alasan ingin mendalami mata pelajaran ilmu Nahwu dan Sharaf.
Prestasi akademiknya sangat istimewa, dia berhasil meraih peringkat pertama dan juara umum.
Dengan kecerdasan yang luar biasa, TGKH Muhammad Zainuddin Madjid berhasil menyelesaikan studi dalam waktu hanya 6 tahun. Padahal normalnya adalah 9 tahun.
Dari kelas 2, diloncatkan ke kelas 4, kemudian loncat kelas lagi dari kelas 4 ke kelas 6, kemudian pada tahun-tahun berikutnya naik kelas 7, 8 dan 9.
Sehingga teman-teman kelasnya pada saat itu mengenalnya dengan "si manusia ajaib".
Bukan tanpa alasan, itu karena pada masa itu tidak ada yang menandingi TGKH Muhammad Zainuddin Madjid.
Bahkah dari awal pendirian madrasah As-Saulatiyah menyebutnya istimewa. Baik dari segi keilmuan maupun kesolihannya.
TGKH Muhammad Zainuddin Madjid memegang sanad ke-25 dalam rantaian keulamaan.
Murid langsung beliau berada pada sanad ke-26. Mereka yang belajar dari murid TGKH Muhammad Zainuddin Madjid adalah sanad ke-27.
TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menyelesaikan studi di Madrasah al-Shaulatiyah tanggal 22 Dzulhijjah 1353 H dengan predikat “mumtaz” (Cumlaude).
Predikat istimewa ini disertai pula dengan perlakuan istimewa dari Madrasah Al-Shaulatiyah.
Ijazahnya ditulis langsung oleh ahli khat (tulis) terkenal di Makkah, yaitu Al-Khathath al-Syaikh Dawud al-Rumani atas usul dari direktur Madrasah al-Shaulatiyah.
Setelah tamat dari Madrasah al-Shaulatiyah, tidak langsung pulang ke Lombok, tetapi bermukim lagi di Makkah selama dua tahun sambil menunggu adiknya yang masih belajar, yaitu Haji Muhammad Faisal atau TGH Muhammad Faisal.
Dirikan Organisasi NW
Setelah menyelsaikan Pendidikannya di Makkah pada 1934, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan Pondok Pesantren Al-Mujahidin di Lombok.
Setelah memimpin pesantren tersebut selama tiga tahun, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI) bagi murid laki-laki pada 22 Agustus 1937.
Pada 21 April 1943, TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid mendirikan Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI) bagi murid perempuan.
Kedua madrasah ini kemudian memperluas jaringannya ke seluruh Lombok.
Dalam perkembangannya, kedua madrasah tersebut berkembang pesat.
TGKH Muhammad Zainuddin Madjid mendirikan organisasi Nahdlathul Wathan pada tahun 1953.
Organisasi Nahdlathul Wathan didirikan untuk menaungi madrasah-madrasah yang telah berdiri.
Kini Nahdlatul Wathan menjadi salah satu ormas Islam paling berpengaruh.
TGKH Muhammad Zainuddin Madjid meninggal pada hari Selasa, 21 Oktober 1997 Masehi atau 18 Jumadil Akhir 1418 Hijriah.
Tepatnya pukul 19.53 Wita, di kediamannya di desa Pancor, Lombok Timur.
Kini kelembagaan Nahdlatul Wathan tersebar di seluruh nusantara.
(*)
Tulisan ini merupakan karya Ruhul Qudus, mahasiswa IAIH NW Lombok Timur.