CEF Pasang Trash Trap di Muara Sungai Labuhan Haji, Upaya Pemuda Minimalisir Sampah
Prihatin dengan banyaknya sampah sungai mengalir ke Pantai Labuhan Haji, Central Environmental and Fisheries (CEF) menciptakan alat penyaring sampah.
Penulis: Ahmad Wawan Sugandika | Editor: Sirtupillaili
Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Ahmad Wawan Sugandika
TRIBUNLOMBOK.COM,LOMBOK TIMUR - Di balik keindahan pantai Labuhan Haji, masalah sampah selama ini kerap menjadi masalah.
Banyaknya sampah dari aliran sungai membuat pantai Labuhan Haji tampak kotor.
Prihati dengan kondisi pantai Labuhan Haji, sekelompok pemuda yang tergabung dalam Central Environmental and Fisheries (CEF) menciptakan alat penyaring sampah atau trash trap.
Alat ini mereka tempatkan di aliran sungai yang bermuara ke pantai Labuhan Haji.
Baca juga: Budidaya Magot Solusi Pengurai Sampah Rumah Tangga Kota Mataram
Ketua CEF Muslihaddin Aini mengatakan, ide tersebut berawal dari keresahannya melihat pantai Labuan Haji yang selalu kotor dipenuhi sampah kiriman.
Pada tahun 2018, ia telah mengkampanyekan anti sampah plastik.
Setiap minggunya melakukan clean up di Pantai Labuan Haji.
Namun upaya itu tidak bisa makimal mengurangi volume sampah di Pantai Labuhan Haji.
"Semua sudah kita lakukan, tapi hasilnya nol besar hanya segelintir orang yang peduli," katanya kepada TribunLombok.com, Selasa (21/6/2022).
Baca juga: Dilema Pengelolaan Sampah TPA Kebon Kongok, Akademisi Universitas Udayana Tawarkan Solusi
Berkat kepeduliannya itu, ia mulai menggagas cara mengantisipasi sampah dari sungai sehingga terciptalah Trash Trap.
Alat ini terbuat dari tong plastik, jaring besi, dan kawat selling sebagai tali pengikat.
"Tak hanya bisa menyaring sampah di sungai, tapi Trash Trap ini juga bisa menjadi jembatan penyeberangan bagi pejalan kaki," tuturnya.
Terdapat tiga sungai yang bermuara ke pantai Labuhan Haji, namun saat ini baru satu sungai yang dipasangi alat Trash Trap.
Keterbatasan anggaran dan dukungan dari pemerintah dan masyarakat setempat sangat minim.
"Kita pasang alat ini pada Minggu kemarin pada satu sungai, mungkin ke depan tiga-tiganya akan kita pasangi Trash Trap," jelasnya.
Berbicara soal dana, dana yang di keluarkannya pun hasil dari keikut sertaanya dalam ajang ya diselenggarakan oleh Pertamina Foundation.
Dia menjadi satu-satunya pemenang dari Provinsi NTB, sehingga kegiatan CEF didanai oleh Pertamina.
"Tapi dana yang kita terima ini terbatas, jadi tidak bisa semua sungai ini tercover, makanya kita harap dukungan dari pemerintah agar sampah ini bisa kita kendalikan demi terciptanya wisata yang bersih," tegasnya.
Minim Dukungan
CEF ikut berperan dalam program Pemprov NTB terkait Zero Waste.
Salihuddin menegaskan, pemuda tidak hanya bisa mengkritisi namun juga harus membuktikan dirinya pada masyarakat maupun pemerintah.
Tapi nyatanya samapi dengan saat ini tidak ada bentuk support yang didapat dari Pemprov NTB.
"Sangat dibutuhkan bantuan pemerintah, Zero Waste kan program pemprov. Kalo sudah dibantu masa mereka tidak mau membantu kita juga," ujarnya.
Sampai saat ini inovasi yang dibuatnya mendapat apresiasi dari DLHK Lombok Timur.
Tapi belum ada dukungan atau perannya dalam membantu mengembangkan inovasi para pemuda kreatif ini.
"Kita lagi menunggu janji support dari DLHK juga. Kadisnya pernah meninjau lokasi kita dan katanya udah di-up ke provinsi. Kami tinggal menunggu tindak lanjut dari pemerintah saja, kami sangat butuh dirangkul oleh orang tua kita," pungkasnya.
Terpisah Kepala Dinas Lingkungan Hidup Lombok Timur dr H Hasbi santoso mengapresiasi program dari CEF ini.
Ia mengungkapkan DLH akan memberikan dukungan berupa fasilitas alat transportasi yang akan digunakan mengangkut sampah ke tempat pembuangan akhir di Ijo Balit.
"Kita lihat prosesnya nanti. Sambil berjalan, kebutuhan lainnya seperti pos pemantauan dan lain-lain, nanti kita bantu," ujarnya.
Lebih lanjut, berhubung Lotim menjadi daerah pertama melakukan uji coba Trash Trap di NTB, menurutnya perlu dilakukan acara seremonial peresmian oleh pemerintah daerah.
Terlebih forum Pemerhati lingkungan NTB merencanakan akan datang melihat secara langsung cara kerja alat ini.
Apabila alat perangkap sampah ini berhasil, diharapkan bisa dipasang pada setiap sungai-sungai yang bepotensi memiliki banyak sampah.
"Sampah yang terperangkap ini memiliki nilai ekonomis, jika dikelola dengan baik," pungkasnya.
(*)
