Menjawab Isu Kesehatan Jiwa, Yakkum Hadirkan Sarasehan Bersama Tokoh Lintas Agama di Lombok
Sarasehan Isu Kesehatan Jiwa bersama Tokoh Lintas Agama sendiri dihadirkan Yakkum bersama Black Dog Institute dan Emotional Health For All di Lombok.
Penulis: Jimmy Sucipto | Editor: Maria Sorenada Garudea Prabawati
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Jimmy Sucipto
TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Permasalahan kesehatan jiwa yang berujung bunuh diri di Indonesia kerap kali dipandang sebelah mata.
Berbagai efek domino dapat diciptakan akibat bunuh diri, yang terkadang tidak dirasakan oleh orang sekitar maupun pelaku bunuh diri.
“Sudah bukan waktunya problem kesehatan jiwa dipandang sebagai aib yang terus disembunyikan, tetapi menjadi masalah kemanusiaan yang perlu segera ditangani karena situasinya darurat,” imbau para pemimpin agama yang hadir dalam Sarasehan Isu Kesehatan Jiwa bersama Tokoh Lintas Agama.
Sarasehan Isu Kesehatan Jiwa bersama Tokoh Lintas Agama sendiri dihadirkan Yakkum bersama Black Dog Institute dan Emotional Health For All di Lombok, 2-3 Juni 2022.
Bertujuan untuk memperlihatkan keberpihakan mereka pada kesehatan jiwa dan pencegahan bunuh diri serta pentingnya mencari dan menyediakan dukungan yang tepat bagi orang dengan masalah kesehatan jiwa.
Baca juga: Dua Pelaku Pembegalan Amaq Sinta Diserahkan ke Kejari Lombok Tengah
Sandersan Onie, peneliti dari Black Dog Institute, memaparkan dampak masalah kesehatan jiwa dan bunuh diri.
Indonesia mengalami kerugian kurang lebih Rp 582 Triliun (setara dengan empat persen GDP) setiap tahunnya karena masalah kesehatan jiwa yang tidak tertangani dengan baik.
Lebih lanjut Sandersan menyampaikan dampak lain yaitu penggunaan obat-obat terlarang (narkotika) dan tumbuh kembang anak-anak yang memiliki masalah di sekolah karena dibesarkan oleh ibu dengan masalah depresi kronis tanpa penanganan yang memadai.
Di Indonesia, Direktur Kesehatan Mental dari Kementerian Kesehatan mencatat bahwa bunuh diri adalah penyebab kematian tertinggi kedua bagi individu di usia remaja akhir.
Lebih lanjut, WHO mencatat bahwa angka yang dilaporkan di Indonesia jauh lebih rendah daripada jumlah yang sebenarnya.
Lebih dari itu, percobaan bunuh diri yang dilakukan dapat 25-30 kali lebih banyak dari kasus bunuh diri yang terjadi.
Selain itu, untuk setiap kematian karena bunuh diri, terdapat paling tidak 135 orang yang terkena dampaknya dalam bentuk trauma mendalam bagi orang terdekat, kehilangan asuhan atau pencari nafkah, kesedihan berkepanjangan, dan berpotensi menjadi ide bunuh diri berikutnya.
Baca juga: Kisah Muhidin Jatuh Bangun Rintis Usaha Bakso Kopang, Awalnya hanya Bantu Orang Lain
Ini adalah sebuah fenomena yang disebut sebagai penularan bunuh diri, di mana individu yang pernah mendengar kasus bunuh diri di sekitarnya memiliki kemungkinan lebih besar melakukan tindakan bunuh diri juga.
Jika terjadi pada usia remaja, masalah kesehatan jiwa dapat berlanjut hingga dewasa, dan berpengaruh pada kualitas hidup mereka serta mempengaruhi kualitas hidup generasi keturunan berikutnya.