Bejaran, Tradisi Nyunatan Masyarakat Suku Sasak Lombok
Bejaran dalam masyarakat suku Sasak Lombok sudah dilakukan turun temurun sebagai tradisi mengarak anak yang akan menjalani Nyunatan atau khitan
Penulis: Sinto | Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
Acara sunatan yang dilakukan tukang sunat atau mantri juga diiringi dengan alat musik gendang beleq. Gendang beleq ini didatangkan dengan tujuan untuk mengiringi proses nyunatan sekaligus nantinya digunakan untuk mengiringi pengantin pada acara nyongkolan.
Keuntungan yang didapat oleh anak-anak yang dihitan dengan prosesi atau tradisi bejaran ini adalah banyaknya pendapatan saweran dari berbagai pengunjung atau tamu undangan yang datang untuk begawe.
Makanya, sebenarnya anak-anak lombok zaman dulu sangat senang dan gembira apabila prosesi sunatan atau khitanan mereka dilakukan pada saat begawe beleq (Upacara besar) karena semakin besar gawenya semakin besar pula pendapatan sawerannya.
Menurut keterangan Amaq Aldi, masyarakat suku Sasak Lombok yang menggunakan jaran menyebutkan jika tradisi bejaran ini sebenarnya tidak menjadi kewajiban.
Hanya saja, karena itu kebiasaan yang sudah turun temurun yang dilakukan masyarakat dari peninggalan nenek moyangnya.
Maka masyarakat sepakat untuk tetap mempertahankanya.

"Ini sebagai bukti tanda kasih sayang dan juga sebagai hiburan keluarga karena pada acara bejaran tersebut kami akan ngibing atau menari," jelasnya kepada Tribunlombok.com Rabu (18/5/2022).
Pantauan Tribunlombok.com kakek dan nenek serta anggota keluarga anak yang dikhitan akan menari-nari bersama pemikul kuda.
Mereka melakukan saweran kepada tukang pikul berupa rokok dan minuman bersoda.
(*)